Potensi Bisnis yang Dijalankan Perempuan Masih Terhambat Pola Pikir

Image title
13 Mei 2019, 10:54
UKM wanita
Arief Kamaludin (Katadata)

Managing Director Simona Ventures, Putri , melihat besarnya potensi ekonomi dari keterlibatan perempuan dalam dunia bisnis. Tidak sekadar menyokong perekonomian keluarga, tetapi partisipasi mereka berpeluang memberikan manfaat besar bagi perekonomian negara.

Perjalanan Putri di bidang teknologi sejak 2011 membawanya menapaki sektor finansial. Dia mendirikan modal ventura bernama Simona Ventures. Perusahaan ini menerapkan impact investing atau investasi berdampak sosial, khusus untuk bisnis yang dijalankan perempuan.

Putri menjelaskan, misi Simona Ventures adalah memberikan akses pendanaan kepada perusahaan rintisan yang dijalankan perempuan. Sebetulnya, imbuh dia, tidak terbatas bagi pendiri startup perempuan, melainkan usaha apapun yang memberikan berbagai solusi bagi permasalahan yang terkait dengan pemerataan kesempatan kerja, mengembangkan usaha, maupun pemberdayaan perempuan secara umum.

Prospek keuntungan dari startup yang akan dibiayai Simona Ventures idealnya sejalan dengan dampak sosial yang ingin dicapai. Social impact yang dimaksud harus terkait dengan misi pemberdayaan perempuan serta mendukung keberagaman gender.

“Tidak ada yang memikirkan khusus untuk startup founder perempuan. Padahal, partisipasi perempuan bisa dongkrak PDB Indonesia ke depan. Karena itu, kami fokus kepada pemberdayaan perempuan, kami ingin dukung keberagaman gender,” ucap Putri, di sela-sela Breakout Session Konferensi Katadata bersama Investing in Women pada 30 April lalu.

Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil riset McKensey Global Institute (MGI). Penelitian berjudul “The Power of Parity: Advancing Women’s Equality in Asia Pasific” menyatakan, Indonesia mampu menambah PDB sebesar US$135 miliar pada 2025. Ada tiga hal yang harus dipenuhi

untuk merealisasikan proyeksi tersebut: pertama, terjadi peningkatan partisipasi kerja perempuan; kedua, porsi perempuan yang bekerja penuh waktu harus lebih tinggi dibandingkan dengan paruh waktu; dan, ketiga perlu lebih banyak kaum hawa bekerja di sektor yang produktivitasnya tinggi seperti manufaktur.

Potensi ekonomi tersebut disadari Putri, apalagi sedikitnya 51 persen usaha kecil di Tanah Air dimiliki perempuan. Tapi, ia juga paham bahwa tidak mudah merealisasikan proyeksi McKinsey atas PDB Indonesia pada 2025.

“Batasan bagi perempuan pengusaha (dan pekerja) adalah mindset atau pola pikir. Banyak dari mereka menjalankan bisnis dengan pemikiran hanya untuk dukung ekonomi keluarga. Cukup di situ saja,” tutur Putri.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...