6/1/2018, 14.10 WIB
Balita Indonesia "Dihantui" Stunting
Persoalan stunting atau kekurangan gizi yang ditandai tubuh pendek masih menghantui balita di Indonesia. Prevalensi atau proporsi penderita stunting dibandingkan populasi di suatu wilayah dalam waktu tertentu tergolong kronis.
Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016, prevalensi stunting nasional mencapai 27,5 persen. Adapun berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu negara dikatakan mengalami stunting kronis jika prevalensinya di atas 20 persen.
Stunting umumnya terjadi akibat balita kekurangan asupan penting seperti protein hewani dan nabati serta zat besi. Selain itu, buruknya fasilitas sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan juga menjadi penyebabnya.
Penderita stunting berpotensi mengalami perlambatan perkembangan otak. Sementara dalam jangka panjang rentan terhadap serangan penyakit. Oleh karenanya, langkah pencegahan bisa dilakukan dengan cara memantau pertumbuhan balita secara rutin di Posyandu, memberi ASI eksklusif, hingga memenuhi kebutuhan air bersih dan menjaga kebersihan lingkungan.
-
Keuangan 00.59 5 Penangkal Bunuh Diri Pengguna Fintech dari OJK
-
Energi 09.13 Swasembada Energi Alternatif di Masa Depan
-
Perdagangan 06.13 Masalah Pangan Akibat Data Tak Sinkron
-
Makro 06.52 Sandiaga: Kurangi Ketergantungan Utang Luar Negeri
-
Makro 04.32 Strategi Prabowo-Sandiaga Kejar Rasio Pajak 16 Persen
-
Digital 02.08 Kunci Kesuksesan Tokopedia “Tak Takut Gagal”