Pemerintah Sulit Kejar Target Penurunan Angka Stunting di Masa Pandemi

Image title
3 November 2020, 16:16
stunting, pandemi corona
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Petugas Posyandu memberikan vitamin A pada balita di Posyandu Bougenvile, Ngawi, Jawa Timur, Selasa (25/2/2020).

Pandemi corona berpotensi menambah jumlah kasus stunting atau kondisi gagal pertumbuhan pada anak di Indonesia. Peningkatan stunting seiring kondisi perekonomian masyarakat yang memburuk. Dampaknya, target penurunan stunting akan makin sulit tercapai.

Sejak pandemi Covid-19 tingkat kemiskinan melonjak 10,7% - 11,6%, sehingga diperkirakan pada tahun ini terdapat tambahan 5 juta penduduk miskin baru yang mengalami stunting.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA)Bintang Darmawati mengatakan, pandemi membuat target penurunan stunting menjadi 14% pada 2024 makin berat. "Apalagi bila pandemi berlangsung lama," kata Menteri PPPA Ayu Bintang Darmawati dalam webinar Katadata Regional Summit pada Selasa (3/11).

Advertisement

Padahal sejak beberapa tahun terakhir angka stunting mengalami penurunan. Pada 2018, stunting mencapai 30,8% dan 2019 angkanya turun menjadi 27,7%.

Lead Program Manager Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (TP2AK) Ling Mursalin mengatakan masyarakat miskin mengalami pelemahan daya beli sehingga mengalami penurunan gizi dan layanan kesehatan.

Dia mengatakan selama pandemi corona, pencegahan stunting di masyarakat juga sempat terhenti karena petugas menerapkan pembatasan jarak dan aktivitas.

Selain pada keluarga miskin, stunting juga terjadi di kelompok masyarakat menengah ke atas. Ling  mengatakan sebanyak 29% anak-anak dari kelompok menengah ke atas juga mengalami stunting. "Artinya, stunting disebabkan oleh persoalan perilaku konsumsi yang dapat diubah," kata Ling.  

Kondisi stunting di Indonesia yang mencemaskan dapat dilihat dari data Global Nutrition Report (GPR) 2018, prevelansi stunting Indonesia menduduki peringkat ke-108 dari 132 negara. Adapun bila mengacu data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2019, kasus stunting di Tanah Air mencapai 27,7%. Artinya, 1 dari 4 balita di Indonesia mengalami stunting.

Rasio stunting menjadi dampak terhadap perekonomian Indonesia. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat kerugian negara akibat stunting mencapai 2% - 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Perkiraannya kerugian setiap tahun mencapai Rp 3,5 triliun.

Ling mengatakan terdapat lima pilar percepatan mengatasi stunting. Pertama, komitmen dan visi kepemimpinan daerah maupun pusat. Kedua kampanye nasional dan perubahan perilaku, ketiga mendorong konvergensi program di tingkat pusat daerah. Keempat, ketahanan pangan dan gizi, serta melakukan pemantauan dan evaluasi.



Halaman:
Reporter: Annisa Rizky Fadila
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement