Elon Musk Diikuti 94 Juta Follower Twitter, Tapi Mayoritas Akun Bodong
Dua kelompok peneliti yakni SparkToro dan Followerwonk mengungkapkan bahwa 73% dari 93 juta pengikut Twitter orang terkaya di dunia, Elon Musk merupakan akun palsu atau spam. Maraknya akun palsu atau bodong itu menjadi masalah tahunan Twitter dan membuat Musk menunda pembelian platform media sosial itu.
SparkToro dan Followerwonk meneliti dengan menggunakan sistem 17 sinyal peringatan. Ini berdasarkan algoritma yang dijalankan melalui 35.000 akun Twitter palsu yang dibeli oleh SparkToro dan 50.000 akun yang ditandai oleh tim sebagai bukan spam.
SparkToro dan Followerwonk menganalisis hampir 100 juta pengikut Musk. Dalam penelitian, apabila salah satu pengikut Musk ditandai karena beberapa sinyal spam, mereka menilainya sebagai kualitas rendah atau palsu.
Peneliti SparkToro Rand Fishkin mengatakan pihaknya akan memberikan nilai tergantung pada algoritma. Misalnya, akun yang lebih tua atau yang lebih banyak mencuit mungkin memiliki ambang batas yang lebih tinggi, dibandingkan akun yang lebih baru dengan sedikit cuitan.
Metrik lain yang digunakan tim termasuk usia akun Twitter. Mereka melihat berapa banyak cuitan yang dibuat dalam jangka waktu yang lama.
"Kami mempertimbangkan aktivitas pengikut seperti keteraturan menulis konten, menggunakan aktivitas di timeline, atau terlibat dalam ekosistem Twitter," ujar Fishkin dikutip dari Business Insider, pada Kamis (19/5).
Hasilnya, 73% pengikut Musk yang diteliti ternyata memiliki kata kunci yang berhubungan dengan spam di profil mereka. Kemudian, 71% pengikut menggunakan lokasi yang tidak cocok dengan nama tempat yang diketahui.
Ada 41% dari akun pengikut Musk yang menggunakan nama tampilan yang cocok dengan pola spam. Sementara, 69% akun pengikut juga tidak aktif selama lebih dari 120 hari.
Dua kelompok peneliti itu melihat adanya 83% pengikut Musk memiliki jumlah pengikut yang sangat kecil. Lalu, 78% mengikuti jumlah akun yang sangat kecil.
Meski begitu, menurutnya akun palsu ini tidak selalu bermasalah. Akan tetapi, sebagian besar akun spam berisiko menyebarkan propaganda dan disinformasi.
Akun palsu juga mendorong upaya penipuan (phishing) atau malware. Di samping itu, akun palsu berisiko memanipulasi saham dan mata uang kripto (cryptocurrency).
Masalah akun palsu dan spam menjadi masalah tahunan Twitter. Perusahaan sebelumnya telah mengakui bahwa mengurangi akun palsu dan jahat akan memainkan faktor kunci dalam kemampuannya untuk terus tumbuh.
Maraknya akun palsu juga menjadi alasan Musk menuda tawarannya untuk mengakuisisi perusahaan Twitter senilai US$ 44 miliar atau sekitar Rp 638 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.500 per US$.
Dalam laporan keuangan triwulanan yang dirilis pada 28 April, Twitter memperkirakan bahwa akun palsu atau spam membuat kurang dari 5% pengguna aktif platform selama tiga bulan pertama tahun ini. Twitter mencatat bahwa perkiraan didasarkan pada tinjauan akun sampel dan diyakini jumlahnya masuk akal.
"Tetapi diakui bahwa pengukuran tersebut tidak diverifikasi secara independen dan jumlah sebenarnya dari akun palsu atau spam bisa lebih tinggi," tulis laporan CNN.