Riset: Bisnis Cloud di Asia Tenggara Potensi Besar Kerek Pendapatan

Lenny Septiani
26 Agustus 2022, 11:14
Ilustrasi teknologi cloud
Katadata
Ilustrasi teknologi cloud

Perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara yang menyediakan layanan produk dan layanan digital akan menghasilkan lebih dari 15% pendapatan global pada 2023. IDC (International Data Corporation) memprediksi peluang yang besar pada pertumbuhan bisnis cloud di Asia Tenggara.

"Satu dari tiga perusahaan akan menghasilkan lebih dari 15% pendapatan dari produk dan layanan digital," bunyi siaran pers IDC, dikutip Jumat (26/8).

Persentase pendapatan itu meningkat dari hanya satu dari enam perusahaan di tahun 2020. IDC adalah penyedia global utama intelijen pasar, layanan konsultasi, dan acara untuk teknologi informasi, telekomunikasi, dan pasar teknologi konsumen.

Dalam upaya mendorong ekonomi digital,  banyak perusahaan di Asia Tenggara yang mengandalkan data dalam pengambilan keputusan. Selain itu mereka juga gencar melakukan akselerasi layanan digital, beroperasi secara otonom atau tanpa campur tangan manusia, mengutamakan kualitas pada seluruh interaksi dengan pelanggan (omni-experience), dan modernisasi rantai pasokan.

Untuk meningkatkan pendapatan dari produk dan layanan digital ini, perlu meningkatkan peran teknologi cloud bagi kelangsungan dan ketahanan bisnis organisasi-organisasi di Asia Tenggara. Hal ini dilakukan untuk bersaing di dunia yang mengutamakan digital.

Prediksi IDC pada WW Public Cloud Services Tracker 2021 mengenai besarnya pasar layanan publik cloud di seluruh Asia Tenggara diperkirakan akan tumbuh dan mencapai US$ 11 miliar atau Rp 162,6 triliun pada 2025. Dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) lima tahun sebesar 21,5%.

Pandemi Covid-19 juga turut berdampak pada semakin banyaknya perusahaan yang memindahkan beban kerja bisnis (mission-critical workloads) mereka ke publik cloud. Pemerintah di negara-negara Asia Tenggara juga membuka kesempatan bagi para pelaku industri yang sudah teregulasi seperti finansial, asuransi, layanan kesehatan, sektor publik, energi, telekomunikasi, dan manufaktur untuk mengadopsi penggunaan publik cloud.

Proses adopsi hybrid dan multicloud juga semakin cepat karena perusahaan memiliki akses ke produk-produk yang lebih baik untuk melakukan integrasi data dan interoperabilitas aplikasi pada beberapa cloud.

IDC Future Enterprise Resiliency & Spending 2022 Survey – Wave 5 (2022) juga menunjukkan bahwa lebih dari 60% organisasi di Indonesia, Malaysia, dan Singapura telah memprioritaskan program-program yang terkait dengan ketahanan infrastruktur digital. Hal ini dilakukan untuk merespon kondisi yang serba tidak pasti akibat ketegangan geopolitik, inflasi, gangguan rantai pasokan, dan usaha penanggulangan pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.

Halaman:
Reporter: Lenny Septiani
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...