4 Bukti Ekonomi Indonesia 'Kebal' dari Resesi Meskipun Dunia Melambat

Abdul Azis Said
5 Oktober 2022, 17:51
resesi
ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.
Suasana pembangunan proyek LRT (Light Rail Transit) JABODEBEK di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (22/9/2022).

Perekonomian Indonesia diperkirakan tak akan sampai jatuh ke jurang resesi saat ekonomi global diramal melemah signifikan tahun depan. Sejumlah bukti menunjukkan ekonomi domestik kuat dan masih jauh dari resesi, mulai dari sektor manufaktur yang kuat hingga konsumsi masyarakat yang masih terjaga.

Sejumlah lembaga internasional meramal risiko resesi global meningkat. Bank Dunia memperingatkan ekonomi tahun depan akan resesi jika pengetatan moneter makin agresif. Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) juga melihat peluang negara-negara di Zona Euro jatuh ke jurang resesi tahun depan seiring ancaman krisis energi.

Di tengah risiko pelemahan signifikan ekonomi global, Kepala Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution dan Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat kecil kemungkinan Indonesia jatuh ke jurang resesi. Pertumbuhan tahun ini dan tahun depan juga diramal masih kuat.

Indonesia juga tidak akan terdampak signifikan jika negara-negara utama seperti AS dan Eropa resesi. Alasannya, struktur ekonomi Indonesia separuhnya ditopang oleh konsumsi domestik, sementara kontribusi ekspor tidak begitu banyak. Kondisi ini berbeda dengan Singapura yang banyak bergantung ke perdagangan internasional, sehingga negeri singa itu lebih rentan merasakan efek rambatannya.

Ada beberapa bukti ekonomi Indonesia masih jauh dari resesi.

1. Konsumsi Kuat

Damhuri melihat konsumsi rumah tangga yang menyokong lebih dari separuh perekonomian Indonesia masih menunjukkan penguatan. Hal ini tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) yang meningkat pada Agustus dan mempertahankan indeks di atas 120 poin selama empat bulan beruntun. Pembacaan indeks di atas 100 mengindikasikan konsumen makin optimistis terhadap kondisi ekonomi dan memberi kepercayaan diri untuk terus berbelanja.

Konsumsi menguat setelah pukulan pandemi yang membuat masyarakat mengurangi belanja. Optimisme masyarakat untuk terus melakukan konsumsi juga seiring mobilitas yang makin longgar. Indeks Google Mobility menunjukkan mobilitas masyarakat sudah lebih ramai dibandingkan level sebelum pandemi.

Kenaikan inflasi beberapa bulan terakhir, terutama sejak kenaikan harga BBM, memberi kekhawatiran bahwa konsumsi akan melambat. Namun Damhuri melihat pemberian tambahan Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM serta bantuan subsidi upah (BSU) mengkompensasi risiko penurunan daya beli khususnya pada kelompok miskin, Karena itu, dampak inflasi ke konsumsi pun dinilai minim.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...