Risiko Global Meningkat, BI Pertahankan Suku Bunga
KATADATA ? Bank Indonesia (BI) melihat ada peningkatan risiko dari perkembangan ekonomi global yang dapat berdampak ke dalam negeri. Situasi ini membuat bank sentral mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) tetap 7,5 persen.
Ada tiga risiko eksternal yang masih mengintai, yakni adanya ketidakpastian kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed Rate), krisis di Yunani, dan jatuhnya pasar saham Cina.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, pertumbuhan ekonomi global ternyata mengindikasikan kecenderungan bias ke bawah dari perkiraan semula. Terutama, disebabkan oleh ekonomi AS yang tidak setinggi perkiraan awal.
Begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi Cina yang masih melambat, meskipun indikator moneter mulai membaik, sejalan dengan kebijakan pelonggaran yang ditempuh Cina. Sebaliknya, perekonomian Eropa membaik karena permintaan domestik meningkat, walaupun masih ada risiko akibat kekhawatiran gagal bayar utang Yunani.
?Atas pertimbangan itu, BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,5 persen. Dengan suku bunga fasilitas simpanan 5,5 persen, dan fasilitas pinjaman 8 persen,? kata Tirta di kantornya, Jakarta, Selasa (14/7). (Baca: BI Disarankan Pertahankan Suku Bunga)
Kebijakan ini juga untuk menahan pelemahan nilai tukar rupiah. Pada Juni ini, BI mencatat rupiah melemah 1,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya, ke level Rp 13.311 per dolar AS.
Tirta menjelaskan, kekhawatiran atas negosiasi penyehatan fiskal di Yunani menjelang jatuh tempo pembayaran utang memengaruhi kurs rupiah. Begitu juga dengan investor yang mulai mengantisipasi arah kebijakan bank sentral AS, the Fed dalam pertemuan Federal Open Market Committee pada Juni lalu.
?Permintaan valuta asing (valas) dari internal juga naik untuk membayar utang dan dividen. Hal ini turut menekan rupiah. Ke depan, BI akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamental, sehingga bisa mendukung stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,? ujar dia.
Dari sisi domestik, langkah ini juga untuk menjaga inflasi sesuai target 4 persen plus minus 1 persen pada akhir tahun. BI menilai, perkembangan inflasi Juni sebesar 7,26 persen dinilai sudah mengarah pada target. Alasannya, inflasi sejak awal tahun tercatat rendah di level 0,96 persen.
Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi mengatakan, keputusan BI tersebut tidak mengejutkan di tengah tekanan terhadap rupiah. BI, lanjut dia, akan terus memantau risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi, kendati ada ekspektasi akan membaik pada semester II seiring mulai berjalannya proyek-proyek infrastruktur.
Meski begitu, dia meragukan jika penurunan suku bunga akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. ?Suku bunga diharapkan tetap sepanjang sisa tahun ini,? kata Gundy.