Kurang Pasokan, Badak NGL Akan Tutup Satu Unit Pengolahan
KATADATA - Ketersediaan pasokan gas menjadi masalah laten bagi PT Badak NGL. Gara-gara minoimnya pasokan gas, Badak NGL berencana menutup satu fasilitas pengolahan (train) gas alam pada tahun ini.
Presiden Direktur Badak LNG Salis S. Aprilian mengatakan, jumlah unit pengolahan yang dioperasikan terus menurun dari tahun ke tahun. Jika pada 2001 Badak memiliki delapan train, saat ini yang beroperasi hanya empat unit. Masing-masing train tersebut dapat memproduksi 400 juta sampai 450 juta kaki kubik gas alam cair per hari. Tahun ini, Badak NGL juga terpaksa menghentikan operasional satu train. “Mau ditutup Juni,” katanya di Jakarta, Kamis (17/3).
(Baca: Kilang LNG Terbesar RI Terancam Kehabisan Gas)
Saat ini, kilang Badak hanya mendapat pasokan gas alam sebesar 1.500 juta kaki kubik (mmscfd). Jadi, tidak ekonomis jika mengoperasikan empat train. Keadaan akan makin parah jika pasokan terus menipis. Alhasil, kemungkinan pada 2033 kilang Badak akan berubah fungsi menjadi regasifikasi. Tahun 2019 saja, diprediksi train yang beroperasi akan berkurang lagi menjadi dua train.
Kilang LNG yang berada di Bontang, Kalimantan Timur, tersebut saat ini hanya bisa memproduksi rata-rata 152 kargo gas. Dari 152 kargo tersebut, 30 kargo dijual ke Korea dan Jepang. Dua kargo untuk domestik dan sisanya diekspor. Jumlahnya menurun dari tahun sebelumnya, yang bisa memproduksi hingga 182 kargo.
(Baca: Jelang Kontrak Habis, Blok Mahakam Tersisa Satu Rig)
Tahun lalu, pasokan gas dari Blok Mahakam masih tinggi. Sekadar informasi, kontraktor pemasok gas untuk kilang Badak adalah Total E&P Indonesie sebesar 81 persen, Vico Indonesia 16 persen dan Chevron Indonesia 3 persen.
Salis berharap adanya tambahan pasokan gas tahun ini. Pasalnya, ada beberapa proyek gas yang akan beroperasi. Salah satunya adalah proyek Lapangan Bangka di Blok Rapak yang dikelola oleh Chevron Indonesia. Lapangan ini dapat memproduksi sekitar 100 juta kaki kubik (mmscfd). Proyek ini diperkirakan akan berproduksi Juni mendatang.
Di sisi lain, Pertamina akan memegang penuh kendali kilang Badak tahun depan. Kepemilihan hak pengelolaan Pertamina akan meningkat dari 55 persen menjadi 100 persen. Salis berharap, Pertamina mampu mengoptimalkan pasokan kilang Badak dari Blok Mahakam. Apalagi, Pertamina akan mengelola Blok Mahakam setelah 2017. “Saat ini pertamina sudah membentuk Tim Pengalihan Pengelolaan Mahakam (TPPM) yang terdiri dari 100 personil,” ujar dia.
(Baca: “Kilang Gas Badak Tak Akan Mati Seperti Arun”)
Dalam masa transisi menuju 2017, menurut Salis, Badak NGL akan menjalankan empat prioritas usaha. Yaitu, tetap memproduksi LNG dengan mempertahankan kualitas, meningkatkan efisiensi biaya, memprioritaskan standar keselamatan atau Health, Safety, Security and the Environment (HSSE), dan pengembangan sumber daya manusia.