Banjiri Pasar Dunia, Ekspor Minyak Irak Nyaris Pecahkan Rekor

Maria Yuniar Ardhiati
2 Mei 2016, 14:47
minyak
Katadata

Krisis politik dan ketidakstabilan kondisi keamanan, ternyata tidak mempengaruhi produksi dan ekspor minyak Irak. Pada April lalu, ekspor minyak Irak bahkan mendekati rekor tertinggi yang pernah dicetak pada November tahun lalu. Alhasil, tambahan jutaan barel minyak dari negara produsen minyak terbesar kedua anggota organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) ini membanjiri pasar dunia. Tapi, dalam jangka menengah, ketidakstabilan kondisi Irak bisa mengerek harga minyak.

Berdasarkan kompilasi data yang disusun Bloomberg, pada April lalu Irak memproduksi 4,3 juta barel minyak per hari. Jumlah produksinya terus naik dalam dua tahun terakhir yang tercatat sebesar 3,25 juta per hari. Produksinya bersumber dari dua perusahaan minyak internasional, yaitu BP Plc dan Lukoil PJSC, yang menggenjot produksi pada lapangan minyak yang terletak di bagian selatan Irak. (Baca: Pasokan Berkurang, Harga Minyak Dunia Menuju US$ 40)

Produksi tersebut turut mendongkrak angka ekspor minyak Irak ke luar negeri. Juru bicara Kementerian Minyak Irak, Asim Jihad, menyatakan, ekspor minyak Irak pada April lalu mencapai 3,36 juta barel per hari, atau sebanyak 100,92 juta barel per bulan. Jumlah itu belum termasuk ekspor minyak pemerintah regional Kurdis, sebuah kawasan otonom di Irak.

Ekspor minyak Irak pada April lalu lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 3,29 juta barel per hari. Bahkan, itu merupakan rekor tertinggi baru sejak November tahun lalu, ketika pemerintah Irak sukses mengekspor minyak sebanyak 3,365 juta barel per hari.  

Pernyataan ini dikeluarkan oleh , melalui pesan singkat pada Minggu (1/5) seperti dilansir Bloomberg. 

Ketua Organisasi Pemasaran Minyak Negara Irak, Falah Al-Amri, mengatakan produksi dan pengiriman minyak tidak terpengaruh oleh aksi para demonstran yang mengepung gedung parlemen Irak di Baghdad. BBC melaporkan, para demonstran marah karena adanya penundaan pengesahan kabinet baru di Irak. Mereka menuduh pemerintah setempat mengabaikan reformasi, menyusul perang melawan ISIS dan menurunnya pemasukan dari minyak. (Baca: Tertinggi Tahun Ini, Harga Minyak Amerika di Atas US$ 40)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...