Dalam 6 Bulan, Realisasi Pengeboran Sumur Migas Minim
Realisasi pengeboran sumur eksplorasi dan sumur pengembangan masih berada di bawah target yang ditentukan. Faktor utama penyebabnya adalah harga minyak dunia yang masih rendah sehingga memukul kemampuan pendanaan beberapa kontraktor minyak dan gas bumi (migas).
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, realisasi pengeboran sumur eksplorasi selama enam bulan pertama tahun ini hanya 19 sumur. Padahal, target dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan atau work plan and budget (WP&B) tahun ini sebanyak 137 sumur. (Baca: Pemerintah Kurangi Target Pengeboran Hingga 202 Sumur Migas)
Mengacu pada pencapaian selama paruh pertama tahun ini, SKK Migas mencoba bersikap lebih realistis. Hingga akhir tahun nanti, pengeboran sumur eksplorasi diperkirakan hanya sebanyak 65 sumur.
Sementara realisasi pengeboran sumur pengembangan hingga kini baru sebanyak 131 sumur. Padahal, target sepanjang tahun ini 441 sumur.
Karena itulah, SKK Migas merevisi target tersebut dan memprediksi realisasi pengeboran smapai akhir 2016 sebanyak 233 sumur.
Kepala Bagian Humas SKK Migas Taslim Z. Yunus mengatakan, rendahnya kegiatan tersebut akibat harga minyak dunia. “Penurunan harga minyak sangat berpengaruh ke kegiatan hulu terutama eksplorasi,” kata dia di Jakarta, Kamis (23/6) malam.
Selain pengeboran sumur, rendahnya harga minyak dunia juga membuat beberapa kegiatan di hulu migas masih di bawah target. Untuk program survei seismik misalnya, sampai saat ini baru ada dua kegiatan. Padahal, targetnya bisa 33 kegiatan. (Baca: 10 Tahun Terakhir, Cuma 3 Blok Eksplorasi yang Bisa Berproduksi)
Selain itu, program survei non-seismik baru ada empat kegiatan dari target tahun ini sebanyak 13 kegiatan. Adapun program Re-Entry Sumur Eksplorasi belum ada kegiatan sama sekali. Seharusnya tahun ini bisa mencapai 12 kegiatan.
Program Kerja Ulang juga masih di bawah target yakni hanya 491 kegiatan. Padahal, sepanjang tahun ini diharapkan bisa 1.413 kegiatan. Untuk Program Perawatan Sumur kegiatan baru mencapai 11.952 kegiatan. Jumlahnya baru sekitar seperempat dari target tahun ini sebanyak 35.751 kegiatan.
Taslim khawatir, jika kondisi ini terus berlarut-larut dan tanpa penanganan maka dapat mempengaruhi produksi.
Alhasil, produksi migas kian menurun. Padahal, di sisi lain konsumsi masyarakat terus meningkat. “Kalau tidak ada breakthrough (terobosan), maka kita menunggu waktu saja,” ujar dia. (Baca: Pemerintah Akan Berikan Lima Insentif untuk Industri Hulu Migas)
Untuk itu, dia berharap ada langkah dari pemerintah khususnya Menteri Keuangan. Kebijakan dan insentif dari Menteri Keuangan diharapkan bisa membantu kegiatan usaha hulu migas. “Kami bersyukur bahwa Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sudah bersedia jadi tuan rumah sektor migas ini,” ujar Taslim.