Investasi Hulu Migas Semester I-2016 Turun 27 Persen
Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat adanya penurunan investasi hulu migas sepanjang semester I 2016. Penyebabnya adalah harga minyak mentah yang masih rendah.
Kepala Bagian Humas SKK Migas Taslim Z. Yunus mengatakan murahnya harga minyak mentah membuat investor menunda investasinya, seperti yang dilakukan Chevron Indonesia dan Total E&P Indonesie. Ini membuat realisasi investasi hulu migas tahun ini lebih rendah dari tahun lalu. (Baca: SKK Migas Soroti Turunnya Investasi 22 Blok yang Mau Habis Kontrak)
Secara historis, investasi industri hulu migas berbanding lurus dengan harga minyak. “Semakin tinggi harga minyak semakin banyak investasinya, begitu juga sebaliknya," kata dia kepada Katadata dalam agenda sarasehan Media SKK Migas di Bandung, Selasa (19/7).
Sebenarnya sepanjang 2010 hingga 2013 tren investasi hulu migas, khususnya pada blok eksploitasi, sudah mulai merangkak. Dalam empat tahun kenaikannya mencapai 71,8 persen menjadi US$ 18,9 miliar. Saat itu harga minyak mentah masih berkisar di angka US$ 100 per barel.
Saat harga minyak anjlok pada pertengahan 2014, nilai investasi hulu migas mulai turun 1 persen menjadi Rp 18,7 miliar. Tahun lalu investasinya kembali turun hingga 20,8 persen menjadi US$ 14,8 miliar, karena harga minyak yang terus menurun.
Pada semester pertama tahun ini capaian investasi hulu migas hanya mencapai US$ 5,65 miliar, turun 27 persen dari capaian investasi di tahun sebelumnya yang mencapai US$ 7,74 Miliar. Sementara harga minyak Indonesia (ICP) semester I tahun ini hanya US$ 36,16 per barel, atau lebih rendah dibanding tahun lalu sebesar US$ 54,85 per barel. (Baca: Beda dengan Harga Minyak Dunia, ICP Juni Turun Jadi US$ 44,5)
Secara rinci, investasi US$ 5,65 miliar ini terbagi atas US$ 5,51 miliar untuk blok eksploitasi dan US$ 141 juta untuk blok eksplorasi. Di blok eksplorasi, investasi dibagi untuk kegiatan eksplorasi sebesar US$ 107 juta dan kegiatan administrasi sebesar US$ 34 juta.
Sementara untuk blok eksploitasi disumbang lebih besar dari 65 investasi di blok yang sudah berproduksi. Rinciannya, investasi pada kegiatan eksplorasi mencapai US$ 260 juta, kegiatan pengembangan sebesar US$ 845 juta, kegiatan administrasi sebesar US$ 488 juta. Investasi untuk kegiatan produksi paling besar mencapai US$ 3,92 miliar.
Penurunan investasi sektor hulu migas ini, kata Taslim, juga dipicu oleh rendahnya pengembangan proyek migas. Saat ini proyek baru yang terbesar hanya terdapat di 15 Wilayah kerja yang telah mendapatkan persetujuan rencana pengembangan wilayah (PoD). "Tapi kontribusinya sedikit untuk investasi," kata dia.
Di sisi lain, kinerja survei seismik 3D hingga 1 Juli juga baru terealisasi 865 kilometer (km) persegi dari rencana 11.217 km persegi. Dengan catatan topografi 2.353 km dan drilling atau pengeboran 18.530 sumur (SP). Sedangkan survei seismik 2D dari rencana 10.955 km persegi baru tercapai 1.057 km persegi. Catatan topografi 715 km dan drilling atau pengeboran 5.122 SP. (Baca: Dalam 6 Bulan, Realisasi Pengeboran Sumur Migas Minim)