BI Mencatat Ekonomi Semester I Hanya Tumbuh 4,93 Persen
Bank Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun ini sebesar 4,94 persen. Jika dihitung dengan ekonomi kuartal I lalu yang tumbuh 4,92 persen berarti pertumbuhan ekonomi pada semester I-2016 hanya mencapai 4,93 persen. Alhasil, target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pemerintah tahun ini bakal semakin sulit tercapai.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, perhitungan pertumbuhan ekonomi kuartal II lalu itu berdasarkan hasil kajian BI. Sedangkan pada kuartal III nanti, ekonomi diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dua kuartal sebelumnya menjadi 5,2 persen.
Meski begitu, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun nanti diperkirakan tak bakal mencapai target atau hanya di kisaran bawah target. “Kami sudah mengkaji sepanjang tahun pertumbuhan ekonomi di 5,09 persen,” kata Agus di kompleks BI, Jakarta, Jumat (29/7).
Namun, menurut dia, perhitungan itu masih sejalan dengan proyeksi BI bahwa ekonomi tahun ini akan tumbuh di kisaran5-5,4 persen. Selain itu, perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,09 persen tersebut belum mempertimbangkan dampak dari penerapan kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) yang baru efektif berlaku pertengahan Juli ini.
(Baca: Menteri Darmin Optimistis Ekonomi Semester I Tumbuh 5 Persen)
Jika mempertimbangkan dampak tax amnesty, semestinya akan memberikan dorongan terhadap perekonomian, khususnya di tahun depan.
Sebab, dana repatriasi dari kebijakan itu akan membantu pertumbuhan ekonomi dari sisi investasi lantaran mengalir ke sektor riil.
Presiden Joko Widodo pun sudah memberikan arahan agar dana repatriasi diarahkan untuk pembiayaan ke sektor riil. Karenanya, pemerintah tengah mempersiapkan aturan yang memungkinkan dana tersebut masuk ke instrumen untuk pembiayaan sektor produktif.
(Baca: Kejar Target, Ekonomi Semester II Harus Tumbuh 5,3 Persen)
Sebaliknya, menurut Agus, dana repatriasi itu tidak akan optimal menyokong ekonomi kalau hanya mengendap di perbankan. Bahkan, kondisi itu malah akan membuat BI menjaga agar dana yang tersedia di masyarakat tidak berlebihan. “Kalau berlebihan justru bisa membuat tekanan inflasi dan jadi berat bagi ekonomi,” ujar dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution optimistis ekonomi pada semester I-2016 berpotensi tumbuh hingga lima persen.
Meskipun ekonomi pada kuartal I lalu tumbuh di bawah lima persen, dia yakin pada kuartal II kondisinya lebih baik karena beberapa faktor.
Pertama, musim panen yang bergeser dari biasanya bulan April menjadi Mei pada tahun ini. Dengan begitu, mendorong pertumbuhan sektor pertanian, yang pada kuartal sebelumnya hanya tumbuh 1,89 persen.
Kedua, pembangunan infrastruktur juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi investasi oleh pemerintah. Ketiga, 12 paket kebijakan ekonomi yang memuat banyak deregulasi diyakini sudah berpengaruh untuk mendorong masuknya investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI).
Keempat, dari sisi konsumsi juga diperkirakan akan meningkat terutama dipicu oleh momen bulan puasa. Selain itu, Darmin berpandangan sebagian dampak dari arus mudik akan berpengaruh terhadap perekonomian kuartal II meskipun hanya beberapa hari di pengujung Juni lalu.
(Baca: IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Global Akibat Brexit)
Di sisi lain, Agus memperingatkan kondisi ketidakpastian ekonomi global. Dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britain’s Exit/Brexit), misalnya, masih akan menjadi tantangan bagi perekonomian dunia ke depan. Saat ini, semua gubernur bank sentral sepakat bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dipangkas 0,1 persen.
Brexit ini kemudian menjadi ketidakpastian batu bagi perekonomian dunia. Meskipun ada kejutan dari pertumbuhan ekonomi Inggris sebesar 0,6 persen pada kuartal II tahun ini yang merupakan terbaik sejak 1999 silam. "Pertumbuhan Inggris 0,6 persen ini di luar dugaan. Jadi saya lihat kami mesti harus waspadai kondisi (ekonomi) dunia," kata Agus.