Kinerja Garuda Indonesia Semester I-2016 Rendah
Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sepanjang enam bulan pertama tahun ini tidak memuaskan. Meski memegang kue terbesar dalam pasar penerbangan nasional, semester I tahun ini pendapatan Garuda menurun dan mengalami rugi.
Laporan keuangan perseroan mencatat pendapatan semester I-2016 hanya US$ 1,76 miliar. Angka ini lebih rendah 4,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sudah mencapai US$ 1,84 miliar.
Perolehan pendapatan ini berbanding terbalik dengan beban operasional yang meningkat. Beban usaha Garuda Indonesia naik 2,2 persen menjadi US$ 1,80 miliar. Padahal biaya untuk bahan bakar yang menyumbang sepertiga beban usaha turun hingga 21,5 persen.
(Baca: Garuda Indonesia dan AirAsia Raih Penghargaan Skytrax)
Peningkatan beban ini masih ditambah lagi dengan adanya kerugian yang diakibatkan selisih kurs sebesar US$ 15,27 juta. Semester I tahun lalu, perseroan mendapat keuntungan dari selisih kurs ini hingga US$ 22,35 juta.
Kondisi ini memperburuk kinerja keuangan Garuda Indonesia yang mengalami rugi bersih sebesar US$ 63,2 juta pada semester I-2016. Hingga paruh pertama tahun lalu, Garuda Indonesia berhasil mencatatkan laba bersih mencapai US$ 29,3 juta.
Selain kinerja keuangan yang kurang memuaskan, kue pasar Grup Garuda Indonesia dalam industri penerbangan juga menciut. Dalam presentasinya Arif menyebutkan bahwa pangsa pasar Garuda Indonesia (termasuk Citilink) di dalam negeri berkurang dari 44,4 persen pada semester I-2015, menjadi 40,5 persen.
Menurut Arif, situasi perekonomian global yang belum kondusif memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja maskapai. Namun, masih ada beberapa catatan positif yang berhasil ditorehkan Garuda. Salah satunya tingkat ketepatan waktu penerbangan (On Time Performance / OTP) yang naik dari 89,7 persen menjadi 91,3 persen.
Meski pendapatan menurun, jumlah penumpang yang diterbangkan Garuda naik 4,4 persen menjadi 16,59 juta penumpang. Frekuensi penerbangannya pun naik 9,3 persen menjadi 122.403 penerbangan sepanjang semester I-2016.
(Baca: Sepi Penumpang, Maskapai Pangkas Puluhan Penerbangan)
"Dinamika saat ini merupakan bagian dari tahapan investasi yang dilakukan sebelumnya, namun masih dalam koridor yang diperhitungkan secara terukur,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo dalam acara temu media, Di Kantor Garuda Kebin Sirih, Jakarta, Senin (1/8).
Menurutnya pembelian pesawat baik untuk Garuda dan Citilink pada tahun-tahun sebelumnya, merupakan bagian dari strategi bisnis jangka panjang. Program peremajaan pesawat ini juga merupakan bagian dari upaya meningkatkan daya saing Garuda Indonesia Group menjadi pemain global di industri penerbangan.
Sekadar informasi, saat ini Garuda Indonesia mengoperasikan 194 unit pesawat. Usianya rata-rata sudah lima tahun dan butuh peremajaan. Hingga akhir tahun Garuda Indonesia Group menargetkan dapat mengoperasikan total 197 pesawat yakni 144 pesawat dioperasikan Garuda dan Citilink 53 pesawat.
(Baca: Garuda Pindah Bertahap ke Terminal 3 Ultimate Soekarno Hatta)