Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi, Darmin Mengandalkan Investasi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution tetap optimistis target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2 persen bisa tercapai. Realisasi investasi di proyek-proyek besar bisa membantu menyokong target pertumbuhan tahun ini.
Dia mengakui kebijakan penghematan anggaran bisa berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, sumbangan pertumbuhan ini tidak hanya berasal dari belanja pemerintah. Ada komponen pendukung lain, yakni konsumsi rumah tangga, investasi, dan perdagangan luar negeri (ekspor-impor).
“Kalau pun ternyata pengeluaran pemerintah ada turunnya, sepanjang investasi yang realisasinya lebih baik, tidak mesti ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan,” kata Darmin saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Jumat (2/9). (Baca: Darmin Masih Yakin Target Pertumbuhan Ekonomi 2016 Tercapai)
Ia pun berharap realisasi investasi masih bisa menyokong pertumbuhan tahun ini yang ditargetkan mencapai 5,2 persen. "Saya masih berharap dari investasi. Karena beberapa investasi kita itu realisasinya akan terjadi pada tahun ini. Terutama investasi di listrik yang 35 ribu megawatt (MW) itu," kata Darmin.
Darmin memprediksi bakal ada dana investasi untuk proyek listrik 35 ribu megawatt yang mengucur tahun ini. Sebab, sudah ada proyek yang memasuki tahap pemenuhan pembiayaan (financial closing). Meski begitu, dia belum bisa memastikan dampak investasi tersebut dan berapa total dana yang masuk. (Baca juga: Pemerintah dan PLN Kebut Megaproyek Listrik 35 GW)
Berbeda dengan pandangan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong yang memperkirakan investasi tahun ini melambat. BKPM mencatat realisasi investasi tahun lalu tumbuh mencapai 17 persen. “Tahun ini saya perkirakan akan ada perlambatan laju pertumbuhan realisasi investasi menjadi 12-14 persen,” ujarnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi hingga semester I hanya 5,04 persen. Untuk bisa mencapai target 5,2 persen setahun ini, pemerintah harus menggenjot pertumbuhannya pada paruh kedua menjadi sekitar 5,3 – 5,4 persen.
Namun, upaya menggenjot pertumbuhan ini tidaklah mudah. Pemerintah baru saja mengeluarkan kebijakan pemangkasan anggaran sebesar Rp 133,7 triliun atau sekitar 6,4 persen dari belanja negara tahun ini.
Dalam rapat dengan Komisi XI DPR (31/8), Menteri Sri menghitung kebijakan pemangkasan anggaran akan membuat pertumbuhan ekonomi melambat 0,1 persen. Ia pun pesimistis pertumbuhan ekonomi bisa digenjot ke level 5,2 persen. "Saya akui (mencapai pertumbuhan ekonomi) 5,2 persen cukup berat," ujarnya.
(Baca juga: Menkeu: Pemangkasan Anggaran Membuat Ekonomi Melambat 0,1 Persen.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo bahkan menyebut pemangkasan belanja pemerintah akan berdampak pada melambatnya laju pertumbuhan ekonomi. Dia memperkirakan pada kuartal III ini pertumbuhannya bisa mencapai 5,14 persen, tapi kemudian melambat di kuartal IV di bawah 5 persen.
"Jadi kami prediksi 5,04 persen hingga akhir tahun ini," kata Agus dalam rapat antara BI, pemerintah dengan Komisi XI DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (1/9). BI memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini berada pada rentang 4,9-5,3 persen.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan penghematan belanja yang dilakukan pemerintah akan membatasi investasi swasta, terutama di sektor rill. Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah dan rendahnya suku bunga belum berhasil mendorong investasi di sektor riil.
Dengan kondisi ini, pertumbuhan ekonomi semester II hanya bisa mengandalkan konsumsi rumah tangga. Masalahnya perbaikan daya beli masyarakat juga masih terbatas. "Jadi perkiraan Pertumbuhan Ekonomi full year 2016 masih berada di kisaran 5,0 persen," ujar Joshua.