Industri Tumbuh Pesat, Indonesia Kekurangan Teknisi Pesawat
Industri dirgantara Tanah air masih kekurangan tenaga ahli di bidang perawatan dan perbaikan pesawat. Dalam 15 tahun ke depan, Indonesia diperkirakan butuh sebanyak 12-15 ribu tenaga ahli maintenance, repair, and overhaul (MRO) hingga 15 tahun ke depan.
Kementerian Perindustrian bersama asosiasi industri penerbangan pun berupaya memecahkan mmasalah ini. “Saat ini, sekolah-sekolah teknisi penerbangan di Indonesiahanya menghasilkan 200 tenaga ahli per tahun, sedangkan kebutuhannya mencapai 1.000 orang per tahun,” kata Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika, Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan, Selasa 6 Desember 2016. (Baca juga: Hubungkan Dua Pulau Besar, Citilink Buka Rute Batam dan Pontianak)
Menurut Putu, Kementerian Perindustrian akan memfasilitasi peningkatan kompetensi sumber daya manusia kedirgantaraan nasional melalui kerja sama dengan perguruan tinggi dan pelaku industri. Wujudnya adalah dengan menyusun sistem pendidikan kejuruan yang memenuhi standar nasional maupun international. “Ke depannya, kami aktif terlibat di dalam kegiatan pendidikan vokasi untuk mendorong pengembangan industri penerbangan Indonesia khususnya di sektor MRO,” tuturnya.
Upaya tersebut, kata Putu, seiring dengan potensi bisnis industri MRO di Indonesia yang saat ini mencapai US$ 920 juta dan akan naik menjadi US$ 2 miliar dalam empat tahun. “Sejak peraturan pemerintah tentang industri jasa penerbangan di Indonesia mulai dilonggarkan pada tahun 2000, pertumbuhan jasa penerbangan melonjak tajam dalam satu dekade terakhir,” kata Putu.
Jumlah Pesawat Murah ASEAN 2016
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, industri penerbangan dalam negeri terus tumbuh secara signifikan. Hal ini diindikasikan dengan kenaikan jumlah lalu lintas udara, baik penumpang maupun untuk arus barang.
Rinciannya, pertumbuhan jumlah penumpang udara domestik meningkat rata-rata 15 persen per tahun selama 10 tahun terakhir, sedangkan jumlah penumpang udara internasional hingga naik sekitar delapan persen per tahun. “Indonesia adalah merupakan negara terbesar ketiga di Asia dalam pembelian pesawat udara setelah China dan India,” kata Airlangga. (Baca juga: Didominasi Cina, Turis Asing pada Oktober Bertahan di Atas 1 Juta)
Sementara Ketua Dewan Pimpinan Indonesia Aircraft Maintenance Service Association (IAMSA) Richard Budihadianto menyampaikan, industri MRO membutuhkan sebanyak 1.000 lulusan teknisi perawatan pesawat setiap tahun. "Untuk itu, kami menyarankan, kalau mau bersaing secara internasional, lulusan kita harus tingkat D3," ujarnya.
Richard menilai, lulusan D3 akan lebih mudah menyerap pelatihan yang diberikan oleh perusahaan penerbangan yang menggunakan teknologi tinggi. “Bagi mereka yang lulus SMK bidang penerbangan dapat melanjutkan sekolahnya hingga D3 agar dapat menjadi tenaga kerja yang mampu bersaing di dunia penerbangan internasional,” tuturnya.