Sri Mulyani Harapkan Kenaikan Peringkat Kredit Indonesia
Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings dapat meningkatkan rating obligasi yang diterbitkan pemerintah Indonesia. Pasalnya saat ini pemerintah telah sangat serius menjaga perekonomian dari berbagai macam resiko.
Dia juga menjelaskan pemerintah saat ini berambisi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan keberlangsungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Oleh sebab itu, Sri berharap Fitch dapat mengikuti perbaikan sovereign credit rating ini dengan rating obligasi ke depannya.
"Saya serahkan pada mereka (Fitch) tapi kita berharap akan ada upgrade juga (di rating obligasi)," kata Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (22/12).
(Baca juga: Tim Reformasi Pajak, Sri Mulyani Libatkan KPK, IMF, Pengusaha)
Sri menceritakan beberapa waktu lalu sempat mempresentasikan kondisi ekonomi Indonesia di depan Fitch. Dia mengatakan presentasi tersebut memaparkan risiko ekonomi Indonesia serta hal yang paling penting yakni bagaimana pemerintah mengatasi risiko tersebut.
"Jadi bagaimaan kita menjelaskan dari sisi APBN, neraca pembayaran, perbankan, postur utang, belanja dan penerimaan, serta lembaga keuangan. Semua menggambarkan usaha pemerintah," katanya.
Sementara, Chief Economist Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean menilai bahwa penerimaan pajak yang rendah menjadi ganjalan bagi kenaikan peringkat kredit Indonesia. Sebab, rasio pajak (tax ratio) Indonesia baru 11 persen, masih di bawah rata-rata negara yang dinaikan peringkat kredit atau obligasinya.
(Baca juga: BI Waspadai Ancaman Kenaikan Agresif Bunga The Fed)
“Untuk menaikan rating itu dilihat cashflow-nya, berapa penerimaan dan pengeluarannya. Negara yang dapat investment grade dari Standard and Poor’s (S&P) itu kalau nggak salah tax ratio-nya 14 persen,” kata Adrian.
Sebelumnya, lembaga pemeringkat dunia, Fitch Ratings baru saja meningkatkan proyeksi (outlook)sovereign credit rating Indonesia dari stabil menjadi positif. Sekaligus mengafirmasi rating pada BBB- atau investment grade pada 21 Desember 2016.
Dalam siaran persnya, Fitch menjelaskan bahwa faktor kunci yang mendukung perbaikan outlook Sovereign Credit Rating Indonesia adalah rekam jejak stabilitas makroekonomi yang dijaga baik oleh otoritas dalam beberapa tahun terakhir di tengah tantangan ekonomi global.
(Baca juga: BI Klaim Cadangan Devisa Cukup Hadapi Gejolak Awal 2017)
Selain itu, kebijakan moneter dan nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia (BI) efektif meredam gejolak di pasar keuangan. Ketiga, dorongan reformasi struktural yang bisa memperbaiki iklim investasi secara bertahap dan diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah.
“Perbaikan rating dimungkinkan apabila Indonesia mampu meningkatkan ketahanan sektor eksternal, melanjutkan perbaikan iklim investasi dan standar tata kelola, serta menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan negara peers,” kata Fitch dalam keterangan persnya.