SKK Migas: Impor Migas Akan Gerus Penerimaan Negara

Anggita Rezki Amelia
1 Februari 2017, 12:18
Sumur Minyak
Chevron

Pemerintah terus menggenjot investasi hulu minyak dan gas bumi (migas). Jika Indonesia kekurangan migas sehingga harus mengimpor maka akan membawa efek berantai yang mempengaruhi perekonomian dan penerimaan negara.

Kepala Bagian Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Taslim Z. Yunus mengatakan Indonesia memang menghadapi ancaman kekurangan migas. Penyebabnya, produksi yang berkurang dan permintaan meningkat. (Baca: Minim Eksplorasi, Indonesia Terancam Kekurangan Migas)

Advertisement

Pada 2025, kebutuhan migas dalam negeri akan mencapai 3,5 juta barel  setara minyak per hari (bsmph). Sedangkan kemampuan produksi migas dalam negeri saat itu hanya mencapai 2 juta bsmph. Artinya ada defisit migas sebanyak 1,5 juta bsmph. "Kalau mengimpor untuk menutupi gap tadi, ada multiplier effect yang hilang," kata Taslim di Jakarta, Selasa (31/1).

Impor migas ini tentu akan mempengaruhi investasi dalam negeri. Padahal menurut hasil studi Universitas Indonesia (UI) tahun 2016, investasi migas sebesar Rp 1 miliar di Indonesia, memberikan  efek berganda sebesar Rp 1,6 miliar bagi perekonomian.  Selain itu juga dapat menghasilkan nilai tambah terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp 700 juta.

Efek lainnya bagi ekonomi rumah tangga sebesar 20 persen atau sekitar Rp 200 juta. "Juga terdapat kesempatan untuk menambah lapangan kerja yang cukup signifikan," kata Taslim.

Selain impor, pemerintah memiliki opsi lain untuk menutup defisit migas, yakni meningkatkan eksplorasi dalam negeri. Namun, untuk menggenjot itu perlu insentif agar investor bergairah menanamkan dananya di Indonesia. (Baca: Cegah Produksi Turun, SKK Migas Siapkan Transisi 8 Blok Migas)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement