Bidik Peringkat Layak Investasi, Sri Mulyani Temui Lagi S&P
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali menggelar pertemuan dengan petinggi dari beberapa lembaga pemeringkat internasional, termasuk Standard and Poor’s Financial Services LLC (S&P). Pertemuan dilakukan saat Sri Mulyani berada di Amerika Serikat guna menghadiri pertemuan musim semi (Spring Meeting) Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (IMF-World Bank) 2017.
“Bicara perkembangan ekonomi Indonesia, terutama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sehingga kami bisa memberikan pandangan yang sifatnya faktual,” kata Sri Mulyani seperti dikutip dari saluran resmi youtube Kementerian Keuangan, Senin (24/4). (Baca juga: Bank Dunia Pesimistis S&P Naikkan Peringkat Utang Indonesia)
Saat ini, hanya S&P yang belum memberikan peringkat layak investasi (investment grade) untuk utang Indonesia. Sementara dua lembaga pemeringkat internasional lainnya yaitu Moody’s Investors Service dan Fitch Ratings sudah sejak lama menghadiahkan peringkat layak investasi. Bahkan keduanya juga sudah menaikkan prospek utang Indonesia menjadi positif.
Peringkat layak investasi menjadi penting sebab menunjukkan risiko gagal bayar (default) utang pemerintah atau perusahaan relatif rendah. Dengan adanya peringkat itu, investor makin percaya menempatkan dananya dalam instrumen keuangan dan investasi berjangka panjang. (Baca juga: Pertamina Kembali Raih Peringkat Layak Investasi dari Moody’s)
Menurut Sri Mulyani, dirinya memaparkan upaya pemerintah dalam menjaga agar defisit anggaran berada pada level yang aman dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Dirinya membahas soal anggaran lantaran S&P memang menyoroti soal itu, termasuk soal kebijakan subsidi. (Baca juga: Darmin: S&P Terlambat 6 Tahun Naikkan Peringkat Indonesia)
Selain bertemu dengan lembaga pemeringkat, Sri Mulyani juga bertemu dengan menteri keuangan beberapa negara yang memiliki hubungan kerja sama dengan Indonesia. Ia bertemu dengan Menteri Keuangan Swiss, membahas tentang kebijakan pendidikan seperti pelatihan vokasional yang diterapkan di negara tersebut. Ia juga bertemu dengan Menteri Keuangan Korea Selatan, membahas mengenai perkembangan geopolitik dengan Korea Utara.
Dengan Menteri Keuangan Jepang, Sri Mulyani membahas mengenai perkembangan hubungan bilateral di antara kedua negara baik terkait ekonomi ataupun investasi. Pembicaraan seperti ini diharapkan bisa mendorong perekonomian yang lebih sehat dan berkualitas. Dalam pertemuannya dengan para menteri keuangan, ia juga membicarakan tren kebijakan proteksionis di negara maju dan ketidakpastian akibat pemilihan umum (pemilu) di Eropa.
(Baca juga: Pidato di Amerika, Sri Mulyani Akan Bangkitkan Sektor Manufaktur)
Hal lain yang juga jadi bahasan Sri Mulyani yaitu tentang keinginannya agar Indonesia bergabung dalam organisasi internasional Financial Action Task Force (FATF). Organisasi tersebut fokus mengatasi kejahatan keuangan seperti pendanaan terorisme dan praktik pencucian uang. Apalagi, Indonesia termasuk negara strategis dan sistem keuangannya rentan dimanfaatkan oknum tertentu untuk menjalankan praktik melawan hukum.
“Saya juga bicara soal perpajakan karena pemerintah sudah melakukan amnesti pajak dan pemerintah sedang memulai reformasi perpajakan,” tutur dia.