Meski BI Pesimis, Darmin Yakin Ekonomi Kuartal I Tumbuh 5 Persen
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 bisa mencapai 5-5,1 persen. Proyeksi ini lebih tinggi dibanding perkiraan Bank Indonesia (BI) yang hanya 4,94 persen.
“Saya anggap lebih baik (dari perkiraan BI) antara 5-5,1 persen,” kata Darmin di kantornya, Jakarta, Selasa (25/4). (Baca juga: Ekonomi Tumbuh di Bawah Prediksi, BI Tahan Bunga Acuan 4,75 Persen)
Menurut Darmin, ada tiga indikator yang mendasari ramalannya tersebut. Pertama, kenaikan harga komoditas seperti minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan karet. Hal tersebut diyakini mampu menggenjot pendapatan dan konsumsi masyarakat, khususnya di daerah penghasil komoditas seperti Kalimantan dan Sumatera.
Kedua, kenaikan kinerja ekspor yang juga didorong oleh kenaikan harga komoditas. Tahun ini, pemerintah memperkirakan nilai ekspor bisa tumbuh 0,3 persen atau berbalik dari penurunan 1,7 persen tahun lalu.
Terakhir, investasi yang meningkat. “Walau kami belum tahu investasi seperti apa datanya, tapi pasti tidak turun, naiknya seberapa besar saya enggak bisa bilang. Tapi kalau tiga faktor sudah naik, pertumbuhan pasti membaik,” ujar dia. (Baca juga: Resmikan Pabrik Mitsubishi, Jokowi: Otomotif Jadi Sektor Andalan)
Sebelumnya, Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Doddy Budi Waluyo mengatakan pertumbuhan ekonomi pada Kuartal I diperkiraan lebih rendah dari proyeksi awal. Penyebabnya, penjualan ritel tercatat masih rendah yang artinya konsumsi rumah tangga juga belum membaik. (Baca juga: Penjualan Turun, BI: Konsumsi Rumah Tangga Kuartal I Melambat)
Meski begitu, ia mengakui semestinya trennya membaik karena adanya kenaikan harga komoditas. “Seharusnya membaik sejak (harga) komoditas mulai naik di akhir 2016, kami hanya menunggu saatnya, dampak dari kenaikan itu tersalur ke konsumsi. Sekarang sudah terlihat di investasi,” kata dia.
Ia berpandangan, kenaikan harga komoditas akan mendorong industri di sektor pertambangan ataupun sektor lainnya yang berbasis Sumber Daya Alam (SDA). Maka dari itu, investasi di sektor-sektor terkait juga diperkirakan bakal membaik pada kuartal I 2017.
Sementara itu, Kepala Ekonom SKHA Consulting Eric Sugandi melihat adanya peluang ekonomi tumbuh lima persen pada kuartal I 2017. Namun, tetap ada risiko tumbuh lebih rendah di kisaran 4,9 persen lantaran konsumsi rumah tangga tumbuh melambat. (Baca juga: Ekonomi Membaik, Bank Dunia Ramal Kemiskinan di Indonesia Susut)
"Di kuartal I ini daya beli masyarakat, terutama di Pulau Jawa, agak tergerus oleh inflasi akibat kenaikan harga yang diatur pemerintah (administered prices) seperti Tarif Dasar Lisrik (TDL)," ucapnya.
Dia mengakui, kenaikan harga komoditas SDA bisa meningkatkan daya beli kelompok masyarakat yang pendapatannya bergantung pada komoditas tersebut. Namun, daya beli kelompok masyarakat tersebut bakal sulit mendongkrak daya beli nasional lantaran jumlahnya tidak sebesar kelompok masyarakat di Pulau Jawa.
Adapun, belanja pemerintah dinilainya belum maksimal menggenjot ekonomi lantaran jumlahnya yang terbatas imbas dari pemotongan anggaran tahun lalu. Daya dorongnya terhadap investasi ataupun konsumsi rumah tangga diprediksi masih terbatas.