Inflasi Pekan II Mei 0,27%, BI: Waspadai Harga Pangan dan Listrik
Survei rutin Bank Indonesia (BI) mencatat, inflasi hingga pekan kedua Mei ini sudah mencapai 0,27 persen. Melejitnya angka inflasi ini akibat kenaikan harga beberapa bahan pangan, yaitu bawang putih dan daging ayam, serta tarif dasar listrik (TDL).
Gubernur BI Agus DW. Martowardojo mengatakan, ada beberapa komoditas pangan yang perlu diwaspadai pergerakan harganya. Bawang putih misalnya, sejak bulan lalu menjadi penyebab inflasi. Pada bulan ini, bawang putih, daging dan telur ayam masih menjadi pengerek angka inflasi. Begitu pula dengan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL).
"Kami melihat bahwa (survei inflasi pekan kedua Mei ini) 0,27 persen masih perlu diwaspadai, karena kami melihat ada beberapa tekanan inflasi," ujar dia di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (12/5). Karena itu, Agus memproyeksikan inflasi hingga akhir Mei nanti secara tahunan bisa mencapai 4,21 persen.
Untungnya, kenaikan harga beberapa bahan pangan ini bisa diredam dengan sumbangan deflasi dari bawang merah, cabai, dan komoditas pangan lainnya (volatile food). (Baca: Inflasi Bulan April Meningkat Akibat Kenaikan Tarif Listrik)
Agus berharap, pemerintah tetap berhati-hati terhadap kemungkinan kenaikan harga.barang menjelang Ramadan dan Lebaran. Untuk itu, pemerintah pusat perlu melibatkan epmerintah daerah dalam menjaga pasokan dan harga barang. "Jadi inflasi kami harapkan selama hari besar keagamaan ini tetap terjaga," katanya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menekankan bahwa pasokan pangan aman hingga dua pekan sebelum Ramadan. Karena itu, ia yakin tak akan ada kenaikan harga, baik pada saat Ramadan ataupun Lebaran.
"Semuanya aman. Ini yang bisa kami pastikan. Tidak ada peningkatan harga dan pasokan banyak," ujar Amran. (Baca: Menteri Pertanian Curigai Kartel di Balik Kenaikan Harga Bawang Putih)
Beras misalnya, sudah ada pasokan 2,2 juta ton. Adapun, pasokan komoditas pangan lainnya seperti bawang merah dan bawang putih masing-masing sebesar 2.000 dan 1.000 ton. Begitu juga dengan pasokan minyak goreng 1,5 juta ton.
Mengacu pengalaman tahun lalu, menurut Menteri Amran, pemerintah sudah menyiapkan pasokan bahan pangan dua bulan sebelum Ramadan. Alhasil, tidak ada kenaikan harga yang berarti.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi pada Ramadan dan Lebaran tahun lalu yakni Juni dan Juli sebesar 0,66 persen dan 0,69 persen. Realisasi tersebut memang lebih rendah dibandingkan momen yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) berencana mengimpor 10-20 ribu ton daging kerbau dari India. Upaya ini dilakukan untuk menjaga pasokan dan stabilitas harga daging menjelang Ramadan dan Lebaran yang akan jatuh pada Mei-Juni mendatang.
Stok daging kerbau di gudang Bulog saat ini masih mencapai 39 ribu ton. Selain itu, Bulog juga masih memiliki sisa stok daging sapi sebanyak 304 ton. "Nantinya stok daging (kerbau) menjelang lebaran bisa mencapai 49 sampai 59 ribu ton,” kata Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti, beberapa waktu lalu.
Meski stok di gudangnya masih menumpuk, Djarot yakin tambahan impor masih diperlukan karena pada dasarnya pasokan daging di dalam negeri masih kurang. Berdasarkan data BPS, kekurangan daging di dalam negeri saat ini sebanyak 261,54 ribu ton. Sebab, produksi daging nasional hanya 468,36 ribu ton, padahal konsumsi nasional mencapai 729,91 ribu ton per tahun.
Di sisi lain, Djarot menyatakan stok beras dan gula di gudang Bulog masih cukup sehingga tidak perlu impor. Menurutnya, stok beras Bulog mencapai 2 juta ton, sementara gula 360 ribu ton. “Ini cukup sampai 2 hingga 3 bulan ke depan,” ujar dia.
(Baca: Jelang Puasa, Mentan Yakin Tak Ada Kenaikan Harga Pangan)
Sementara itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan pemerintah terus memantau ketersediaan, kelancaran distribusi, dan stabilisasi harga bahan pokok. “Bahan pokok, beras, daging, telur, gula, minyak. Semuanya lebih dari cukup,” katanya.
Kementerian Perdagangan juga meminta pemerintah daerah turut memantau dan melaporkan perkembangan harga harian secara intensif di daerah masing-masing pada H-14 Ramadan sampai dengan H+2 Lebaran.