Sri Mulyani Soroti Lemahnya Daya Beli Menyebabkan Inflasi Rendah
Tingkat inflasi yang rendah sejak tahun lalu ditengarai juga diakibatkan oleh lemahnya daya beli masyarakat. Sebab, sektor ritel terus membukukan penurunan penjualan hingga paruh pertama 2017.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah tengah meneliti penyebab inflasi yang cenderung rendah. Pada 2016 lalu, inflasi hanya sebesar 3,02 persen secara tahunan atau yang terendah sepanjang satu dekade. Adapun, Juni lalu, saat Ramadan dan Lebaran, inflasi berada di level 0,69 persen secara bulanan. (Baca juga: BPS: Inflasi Ramadan dan Lebaran 2017 Terendah Tiga Tahun Terakhir)
Menurut dia, inflasi yang rendah memang bukan hanya karena pasokan yang melimpah, tapi juga daya beli yang belum pulih. "Saya menganggap ini adalah masih menjadi imbas dari pelemahan ekonomi yang terjadi selama 2014-2016 karena faktor komoditas dan ekspor sehingga imbasnya masih terasa sampai sekarang," ujar dia usai Pelantikan Eselon I dan II di kantornya, Jakarta, Senin (3/7).
Maka itu, ia menjelaskan, pemerintah akan fokus pada upaya menjaga daya beli masyarakat terutama yang paling rentan, yaitu 40 persen masyarakat tingkat ekonomi terbawah. Salah satu langkahnya yakni dengan meningkatkan jumlah penerima kartu Program Keluarga Harapan (PKH) menjadi 10 juta di 2018. Jumlah itu mengalami peningkatan sebanyak empat juta penerima dari tahun ini. (Baca juga: Rencana Jokowi Tambah Penerima Bantuan Tunai Batal Terbentur Anggaran)
Selain itu, pemerintah juga mendorong produktivitas yang dalam jangka panjang diharapkan bisa meningkatkan daya beli masyarakat. "Hampir di seluruh dunia, produktivitas juga mengalami stagnasi. Ini (mendorong produktivitas) adalah (upaya meningkatkan) kemampuan, meningkatkan daya beli dengan upah yang meningkat," ujar dia.
Untuk menggenjot produktivitas, pemerintah fokus berinvestasi di bidang pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM). Sebab, keduanya dianggap sebagai faktor yang paling dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas.
Sri Mulyani menambahkan, pemerintah juga terus berupaya menarik swasta untuk berinvestasi di dalam negeri. Sebab, investasi bisa meningkatkan inovasi dan kreativitas. Maka itu, pemerintah terus memperbaiki iklim investasi melalui deregulasi aturan-aturan yang dianggap menghambat investasi.
Di lain kesempatan, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo mengatakan bahwa konsumsi rumah tangga masih akan tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi tahun ini. Pemerintah menargetkan ekonomi tumbuh di level 5,1 persen tahun ini.