BI: Daya Beli Lemah, Konsumsi Masyarakat di Bawah Prediksi

Ameidyo Daud Nasution
21 Juli 2017, 16:55
Bank Indonesia
Arief Kamaludin | Katadata

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pemulihan ekonomi Indonesia tidak sesuai dengan perkiraan awal. Hal ini lantaran indikator konsumsi masyarakat pada bulan lalu masih menunjukkan angka yang rendah.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Dodi Budi Waluyo mengatakan angka konsumsi ini terlihat dari penjualan retail yang hanya tumbuh 6,7 persen pada Juni 2017. Angka pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 8 persen.

"Pertumbuhan konsumsi (masyarakat) kira-kira 4-4,5 persen. Tapi ini di bawah perkiraan kami," kata Dody di kantornya, Kamis malam (20/7). (Baca: Dorong Konsumsi, HIPPINDO Gelar Hari Belanja Diskon di Seluruh Daerah)

Menurutnya penurunan konsumsi masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh inflasi dari adanya penyesuaian tarif listrik. Sejak awal tahun pemerintah secara bertahap mencabut subsidi listrik untuk golongan pelanggan 900 volt ampere (VA).

Untuk mengatasi penurunan konsumsi ini berlanjut, kata Dody, pemerintah perlu mengeluarkan program bantuan sosial hingga mencairkan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) ke-13.  agar konsumsi triwulan III membaik. "Karena ini bisa meningkatkan daya beli masyarakat," ujarnya.

Mulai kuartal III hingga akhir tahun, dia masih optimistis daya beli masyarakat akan membaik secara perlahan. Mulai akhir bulan lalu, penjualan sepeda motor sudah tumbuh 15 persen. Kemudian penjualan pakaian hingga makanan dan minuman juga terlihat mulai membaik.

Dalam rilis terkininya, BI menyebutkan ekonomi Indonesia masih terus bergeliat tahun ini, tapi masih ada perlambatan konsumsi yang menghambat. Tekanan inflasi pun diperkirakan berkurang lantaran permintaan barang yang relatif masih lemah.

"Faktor lainnya adalah terkendalinya harga pangan," kata Direktur Departemen Komunikasi BI Arbonas Hutabarat. (Baca: BI Ramal Ekspor Membaik, Ekonomi Semester II Bisa Tumbuh 5,3 %)

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tahun ini masih dalam kisaran 5,0-5,4 persen. Namun, sejumlah risiko yang dapat berdampak pada prospek pertumbuhan ekonomi perlu tetap diwaspadai. Terutama terkait dengan belum kuatnya permintaan domestik sejalan dengan masih berlanjutnya proses konsolidasi korporasi dan perbankan.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...