SKK Migas: Cost Recovery Meningkat 20% Sebulan Terakhir
Sebulan terakhir, dana penggantian biaya operasional minyak dan gas bumi (migas) atau biasa disebut cost recovery meningkat sebesar 20%. Salah satu penyebabnya adalah kegiatan di Blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil Cepu Limited.
Deputi Keuangan dan Monetisasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Parulian Sihotang mengatakan cost recovery sampai dengan Juli mencapai US$ 5,87 miliar. Padahal hingga Juni lalu hanya US$ 4,87 miliar.
(Baca: BPK Temukan Penyimpangan Cost Recovery ConocoPhillips dan Total)
Parulian mengakui kenaikan cost recovery periode Juli ini memang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang hanya sekitar US$ 800 juta sampai US$ 900 juta per bulan. Sementara dalam sebulan terakhir kenaikan mencapai US$ 1 miliar.
Adapun salah satu penyebab kenaikan cost recovery tersebut adalah tambahan biaya dari kegiatan di Blok Cepu yang mencapai US$ 200 juta. “Karena adanya tambahan investment credit dan depresiasi wilayah kerja Blok Cepu,” kata dia kepada Katadata, Selasa (15/8).
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi sebenarnya pernah mengkhawatirkan adanya lonjakan cost recovery tahun ini. Alasannya beberapa proyek yang sudah mulai berproduksi dan ada juga proyek yang habis masa kontraknya, sehingga harus dipercepat penggantiannya.
(Baca: Produksi Blok Cepu Naik, Jonan Minta Exxon Tekan Investasi)
Potensi pembengkakan alokasi cost recovery tahun ini bersumber dari percepatan masa depresiasi Blok Mahakam. Dalam hal ini pemerintah mengganti cost recovery sebesar US$ 900 juta. Depresiasi Blok Mahakam dipercepat karena kontrak blok tersebut akan berakhir dan Total E&P tidak lagi menjadi operator.
Selain itu, ada tambahan dari Lapangan Jangkrik yang sudah berproduksi di Mei lalu. Jadi pemerintah harus mengganti biaya membangun fasilitas produksi sejak 2014 hingga 2016 melalui depresiasi.
(Baca: SKK Migas Waspadai Kenaikan Cost Recovery Blok Mahakam dan Jangkrik)
Sementara itu, target cost recovery dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 sebesar US$ 10,49 miliar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan alokasi cost recovery dalam APBN Perubahan 2016 yang mencapai US$ 8,4 miliar.