Pertempuran Surabaya, Sejarah Kepahlawanan Rakyat Indonesia

Siti Nur Aeni
22 Maret 2022, 10:29
Ilustrasi, mobil Buick Brigadir Jenderal Mallaby yang meledak di dekat Gedung Internatio dan Jembatan Merah Surabaya. Kematian Mallaby memicu pertempuran Surabaya, yang berlangsung selama tiga minggu.
id.wikipedia.org
Ilustrasi, mobil Buick Brigadir Jenderal Mallaby yang meledak di dekat Gedung Internatio dan Jembatan Merah Surabaya. Kematian Mallaby memicu pertempuran Surabaya, yang berlangsung selama tiga minggu.

Bangsa Indonesia secara resmi menyatakan kemerdekaan sejak 17 Agustus 1945. Namun, perjuangan melawan penjajahan bangsa lain masih berlangsung hingga beberapa tahun setelahnya. Salah satu bentuk perlawanan pasca-kemerdekaan yaitu Pertempuran Surabaya.

Pertempuran tersebut terjadi di Kota Surabaya. Bagaimana latar belakang pertempuran ini? Berikut ini penjelasannya.

Advertisement

Latar Belakang Pertempuran Surabaya

Pertempuran di Surabaya ini terjadi pada 10 November 1945. Mengutip dari bone.go.id, setelah merdeka, pemerintah mengeluarkan peraturan yang mengharuskan pengibaran bendera Merah Putih mulai 1 September 1945. Gerakan tersebut dilakukan diseluruh wilayah Indonesia, tak terkecuali Surabaya.

Beberapa minggu setelahnya, tentara Inggris datang kembali ke Indonesia dan sampai di Surabaya pada 25 September 1945. Tentara Inggris tersebut begabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI).

Kedatangan tentara sekutu ke Indonesia awalnya bertujuan untuk melucuti tentara Jepang dan memulangkan ke negara asalnya. Selain itu, tentara AFNEI juga bertujuan membebaskan tawanan perang yang ditahan tentara Jepang.

Namun, di balik dua tugas tersebut, tentara Inggris juga datang dengan misi mengembalikan Indonesia ke Belanda. Itu sebabnya, kedatangan pasukan AFNEI turut diikuti dengan Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Misi inilah membuat masyrakat Indonesia, khususnya yang tinggal di Surabaya marah, yang akhirnya menjadi penyebab pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Masyarakat yang tidak setuju dengan misi Inggris mengembalikan Indonesia sebagai bagian dari koloni Belanda, kemudian berkumpul di Hotel Yamato. Mereka menuntut penurunan bendera Belanda dan meminta untuk mengkibarkan kembali Merah Putih.

Tanggal 27 Oktober 1945, perwakilan Indonesia melakukan musyawarah dengan pihak Belanda. Perundingan tersebut berakhir meruncing karena salah satu perwakilan Belanda, yakni W.V.Ch. Ploegman mengeluarkan senjata api hingga akhirnya menimbulkan pertikaian. Ploegman kemudian tewas oleh salah satu rakyat Surabaya bernama Sidik di depan Hotel Yamato. Di waktu yang sama, terjadi kericuhan yang menyebabkan warga masuk ke hotel.

Masyrakat Surabaya bernama Hariyono dan Koesno Wibowo berhasil merobek warna biru di bendera Belanda sehingga hanya tersisa warna merah dan putih saja. Tanggal 29 Oktober Indonesia dan sekutu akhirnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata.

Namun, kesepakatan tersebut diingkari, kedua belah pihak kembali bentrok.  Pertikaian yang meletus ini menyebabkan tewasnya salah satu perwira Inggris, yakni Brigadir Jenderal (Brigjen) Aubertin Mallaby. Setelah Mallaby tewas, AFNEI kemudian menunjuk Jenderal Robert Mansergh sebagai pemimpin pasukan sekutu di Surabaya.

Pemimpin baru ini kemudian mengeluarkan ultimatum. Isi ultimatum tersebut mengharuskan pimpinan dan masyarakat Indonesia yang memiliki senjata untuk melapor serta menyimpan senjatanya pada tempat yang sudah ditentukan.

Tak hanya itu, pimpinan tentara sekutu tersebut juga meminta masyrakat Indonesia untuk menyerahkan diri dan mengangkat tangan ke atas hingga batas ultimatum yakni pada 10 November 1945 pukul enam pagi. Ultimatum tersebut membuat masyarakat Surabaya marah dan memicu Pertempuran Surabaya, yang berlangsung selama tiga minggu.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement