Memahami Klitih, Sejarah, Perkembangan, dan Dampaknya

Image title
5 April 2022, 09:42
Ilustrasi, ratusan anggota organisasi masyarakat (Ormas) melakukan aksi menyerukan pemberantasan klitih.
ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Ilustrasi, ratusan anggota organisasi masyarakat (Ormas) melakukan aksi menyerukan pemberantasan klitih.

Belakangan ini marak terjadi aksi klitih di Kota Yogyakarta. Banyak korban yang mengalami luka, bahkan beberapa diantaranya meregang nyawa.

Klitih adalah fenomena kekerasan menggunakan senjata tajam yang dilakukan sekelompok orang dengan mengendarai sepeda motor. Aksi klitih biasanya dilakukan lebih dari satu orang dan menggunakan senjata tajam, seperti digunakan pedang, golok, dan gir sepeda motor yang telah dimodifikasi.

Klitih umumnya terjadi di malam hari. Para pelaku klitih biasanya menyusuri ruas jalan yang sepi atau tempat nongkrong, seperti warung bubur kacang ijo (burjo) atau warung kopi. Penggunaan senjata tajam seringkali menimbulkan luka parah, bahkan kematian.

Sejarah Klitih

Sosiolog kriminal Universitas Gadjah Mada, Drs. Soeprapto, S.U. melalui kanal Youtube "UGM Channel" menjelaskan, kata klitih berasal dari bahasa Jawa klitah-klitih yang artinya “kegiatan mengisi waktu luang” yang bersifat positif, seperti kegiatan menjahit, membaca, dan sebagainya.

Namun, kata klitih di kalangan remaja berkembang menjadi kegiatan mencari musuh dengan naik sepeda motor berkeliling kota. Drs. Soeprapto, S.U. mengungkapkan, sejarah klitih berawal pada tahun 2007-2009.

Saat itu, pemerintah Yogyakarta membuat kebijakan di sekolah-sekolah bahwa pelajar yang terlibat tawuran akan dikembalikan ke orang tua, baik dalam wujud skorsing maupun dikeluarkan.

Kebijakan tersebut berdampak pada terkekangnya para pelajar, terutama mereka yang hidup dalam kondisi rumah yang tidak kondusif, mengalami kekecewaan, atau merasa bosan karena tidak ada kegiatan.

Para pelajar ingin melampiaskan kekecewaan sehingga mereka berkumpul dan mengendarai sepeda motor berkeliling kota untuk mencari musuh. Pemilihan musuh tidak dilakukan secara acak. Musuh yang dijadikan target adalah sesama pelajar, khususnya sekolah tertentu yang dilihat dari lambang di baju seragam sekolah.

Kegiatan mengendarai sepeda motor dan berkeliling kota untuk mencari musuh kemudian menjadi fenomena klitih versi pelajar. Saat itu, klitih biasanya dilakukan di sekitar awal tahun ajaran baru.

Perkembangan Klitih

Drs. Soeprapto, S.U. menjelaskan, perkembangan klitih berawal dari sekelompok pelajar membentuk geng yang terorganisir dengan struktur inti yang terdiri dari ketua, wakil, bendahara, dan anggota.

Kemudian organisasi inti tersebut berkembang menjadi ‘organisasi inti plus’ dengan para alumni sekolah turut menjadi anggota. Para alumni tersebut sebelumnya juga terlibat aksi klitih saat masih sekolah. Setelah kelulusan, mereka masih berpartisipasi dalam kelompok yang berisi adik-adik kelas mereka.

Para alumni berperan untuk mengkader dan mendidik anggota geng klitih. Kegiatan mendidik dan mengkader tersebut dapat dimanfaatkan oleh kelompok lain, sehingga muncul ‘organisasi inti plus plus’ yang turut melibatkan kelompok preman yang melakukan rekrutmen dan seleksi. Sejak saat itu, anggota geng klitih dan musuh yang dipilih tidak terbatas pada pelajar saja.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...