Sinopsis Novel Negeri 5 Menara, Kisah Kehidupan di Pondok Pesantren

Destiara Anggita Putri
14 September 2022, 13:51
sinopsis novel negeri 5 menara
Unsplash
Ilustrasi, buku novel.

Novel yang mengisahkan tentang potret dunia pendidikan Indonesia mungkin sering Anda lihat. Dari sekian banyaknya novel tentang pendidikan, Anda pasti jarang sekali melihat atau membaca novel yang menceritakan kehidupan di pondok pesantren.

Oleh karena itu, ketika novel berjudul Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi rilis di pasaran, kehadirannya langsung mendapat sambutan yang sabngat luar biasa dari para pembca. Bahkan, novel ini pun menduduki posisi sebgai salah satu novel best seller di Indonesia.

Ibarat angin segar, novel Negeri 5 Menara menghadirkan kisah kehidupan pondok pesantren beserta lika-likunya yang tak banyak orang ketahui. Terinspirasi dari kisah nyata dari sang penulis, novel ini juga menghadirkan kisah-kisah yan mampu memotivasi sekaligus memukau para pembaca akan kehdiupan di dalam pesantren modern.

Dirilis pada 2009 oleh penerbit Gramedia, Negeri 5 Menara merupakan novel pertama dari trilogi yang juga menceritakan tentang perjuangan mimpi. Tepatnya, novel ini berfokus pada kehidupan 6 santri dari 6 daerah yang berbeda selama menuntut ilmu di Pondok Masani (PM) Ponorogo Jawa Timur untuk mencapai impian mereka.

Tak hanya meraih tittle sebagi novel best seller, novel ini juga turut memeperoleh beberapa penghargaan. Saah satunya adalah penghargaan sebagai Buku Fiksi Terbaik, Perpustakaan Nasional Indonesia pada tahun 2011. Novel ini pun juga telah diadaptasi ke dalam film pada tahun 2012.

Bila Anda ingin memperkaya diri Anda dengan kisah yang inspiratif atau cerita yang tidak biasa, maka Anda perlu membaca novel ini. Bila Anda masih ragu, baiknya Anda membaca sinopsis novel Negeri 5 Menara ini sebagai bahan pertimbangan Anda.

Sinopsis Novel Negeri 5 Menara

Kisah dalam novel ini dimulai dari tanah Minangkabau dimana karakter uatama Alif tinggal. Sejak kecil, Alif bercita-cita untuk menjadi seseorang seperti B.J Habibie. Sayangnya, sang Ibu tidak menyetujui cita-citanya itu dan lebih menginginkan anaknya untuk menjadi seperti sosok Buya Hamka.

Oleh sang Ibu, Alif hanya diberikan dua plihan sekolah, yaitu sekolah di bidang keagamaan atau mondok di pesantren. Pilihan ini membuat Alif marah namun ia juga tidak bisa menentang Ibunya. Akhirnya, Alif memutuskan untuk mondok di sebuah pesantren yaitu Pondok Madani yang ada di Jawa Timur.

Sebenarnya, Ibunya mereasa merasa berat hati untuk melepas anaknya ke pondok pesantren karena beliau sendiri lebih ingin anaknya bersekolah atau mondok di Minang saja. Ia sangat khawatir karena selama hidupnya Alif tidak pernah keluar dari tanah Minang.

Halaman:
Editor: Agung
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...