Sinopsis Novel Garis Waktu, Kisah Perjalanan Menghapus Luka
Siapa yang tidak pernah jatuh cinta? Hampir semua orang pasti pernah merasakannya. Jatuh cinta adalah sebuah perasaan yang mampu membuat hari-hari kita lebih indah dan berwarna.
Namun, tak selamanya perasaan jatuh cinta yang kita miliki akan berjalan mulus. Ada kalanya, kita harus merasakan cinta yang pupus yang membuat hati kita merasa pedih. Kisah cinta seperti itu pulalah yang diangkat oleh Fiersa Besari ke dalam novelnya, yang berjudul "Garis Waktu".
Fiersa Besari adalah seorang penulis, musisi dan juga YouTuber. Sebagai musisi, sudah ada beberapa lagu yang ia diciptakan. seperti Bandung, Celengan Rindu, dan lain-lain. Ia juga aktif membagikan kegiatan mendaki gunung nya melalui channel youtubenya.
Novel Garis Waktu adalah novel pertamanya yang dirilis pada 2016 oleh penerbit Mediakia. Novel ini sukses mencetak rekor penjualan terbaik dan berhasil menduduki 10 besar best seller Gramedia.
Garis Waktu telah dicetak dalam lima edisi dimana edisi terakhirnya dirilis pada Juli 2021 dengan tampilan baru pada bagian cover dan layout. Novel ini juga telah diadaptasi menjadi film layar lebar oleh MD Pictures.
Garis Waktu adalah novel yang berkisah tentang perjalanan karakter utama dalam menghapus luka nya karena kisah cinta yang harus berakhir. Melalui novel ini, Fiersa membagikan semua pemikiran dan perasaannya yang ia kemas dalam bentuk cerita yang dibagi ke dalam beberapa bab.
Untuk mengetahui garis besar cerita di dalamnya, berikut ini sinopsis novel Garis Waktu.
Sinopsis Novel Garis Waktu
Garis Waktu berkisah tentang permasalah mencintai dan mengikhlaskan melalui tokoh “Aku”, dan “Kamu”. “Aku” adalah karakter seorang laki-laki yang sudah jatuh cinta pada karakter “Kamu”, seorang perempuan.
Karakter “Aku” diceritakan diam diam memiliki perasaan dengan wanita cantik yang diidam-idamkan. Namun, ia belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaan cintanya itu kepada “Kamu”
Waktu terus berlalu, tokoh “Aku”yang masih memendam perasaan cintanya tak kunjung berani mengungkapkan perasaanya. Ada banyak keraguan dalam dirinya yang membuatnya masih bingung bagaimana caranya agar cintanya terbalas dengan tulus oleh “Kamu”
Di sisi lain, sang wanita yaitu “Kamu” tidak kunjung menyadari perasaan cinta yang dipendam oleh “Aku”. Walaupun demikian, mereka tetap berkomunikasi sebagai teman baik yang membuat rasa cinta yang dimiliki “Aku” semakin tumbuh.
Hingga suatu hari, akhirnya “Aku” mengungkapkan perasaan cintanya yang disambut dnegan tulus oleh wanita cantik tersebut. Sejak saat itu, mereka resmi menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih,
Semenjak menjalin cinta dengan “Kamu”, perlahan “Aku” menjadi yang pribadi yang lebih baik dan hari-harinya diliputi kebahagiaan. Namun, perlahan tapi pasti “Kamu” mulai menunjukkan perilaku yang berbeda. yang membuat si “Aku” bertanya-tanya.
HIngga akhirnya, terungkap bahwa “Kamu” berselingkuh dengan laki-laki lain,. “Aku” yang mengetahui hal itu langsung merasakan patah hati yang teramat dalam. Tidak hanya patah hati, “Aku” juga harus rela dan kuat melihat wanita yang dicintainya bahagia bersama orang lain.
Dari pengkhianatan itu, “Aku” belajar bahwa tak selamanya cinta itu bisa memiliki dan perlu keikhlasan untuk melihat sosok yang dicintai memilih bersama orang lain. Walaupun demikian,terkadang “AKu “ masih terkenang dengan masa indah yang pernah ia lalui bersama “Kamu.”
Lalu, apakah kenangan indah yang pernah dilalui “Aku” akan kembali lagi dan mereka nisa menjadi sepasang kekasih kembali? atau Apakah “Kamu” benar-benar memilih orang lain dan menikah dengannya?
Kutipan Menyentuh Hati dari Novel Garis Waktu
Mengangkat kisah perjalanan cinta dari karakter “Aku”, pastinya ada banyak kutipan di dalam Garis Waktu yang akan membuat hati pembaca berbunga-bunga sekaligus tersentuh. Berikut ini beberapa kutipan yang diambil dari novel Garis Waktu.
“Jatuh hati tidak pernah bisa memilih. Tuhan memilihkan. Kita hanyalah korban. Kecewa adalah konsekuensi, bahagia adalah bonus.”
“Bukankah hidup ini sebetulnya mudah? Jika rindu, datangi. Jika tidak senang, ungkapkan. Jika cemburu, tekankan. Jika lapar, makan. Jika mulas, buang air. Jika salah, betulkan. Jika suka, nyatakan. Jika sayang, tunjukkan. Manusianya yang sering kali mempersulit segala sesuatu. Ego mencegah seseorang mengucap "Aku membutuhkanmu.”
“Jika saatnya tiba, sedih akan menjadi tawa, perih akan menjadi cerita, kenangan akan menjadi guru, rindu akan menjadi temu, kau dan aku akan menjadi kita.”
“Beberapa rindu memang harus sembunyi-sembunyi. Bukan untuk disampaikan, hanya untuk dikirimkan lewat doa.”
“Aku tidak tahu dimana ujung perjalanan ini, aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi, selama aku mampu, mimpi-mimpi kita adalah prioritas.”
“Aku, biarlah seperti bumi. Menopang meski diinjak, memberi meski dihujani, diam meski dipanasi. Sampai kau sadar, jika aku hancur kau juga.”
“Pada waktunya, dunia hanya perlu tahu kalau kita hebat. Kebahagiaan tidak membutuhkan penilaian orang lain.”
“Dalam realitas kita berdua hanyalah dua orang yang berlari. Aku sibuk mengejarmu, kau sibuk menghindariku. Oh, tenang. Aku tidak lelah. Justru, aku menikmati prosesnya.”