Mengenal COP, Konferensi yang Membahas Masalah Perubahan Iklim
Perhelatan Konferensi Anggota Badan PBB untuk Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim ke-27 diselenggarakan pada 6-18 November di Sharm el Sheikh, Mesir. Kegiatan tersebut juga dikenal dengan nama Conference of Parties (COP).
Diketahui bahwa COP merupakan kegiatan yang dibawahi langsung oleh United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). COP diadakan setiap tahun untuk membahas perubahan dan penanggulangan iklim dunia.
UNFCCC merupakan salah satu badan yang ada di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pihaknya membuat aturan dan acuan dasar yang bisa diterapkan masing-masing negara yang terlibat. Hal tersebut mengacu pada tindakan yang dapat melawan perubahan iklim ekstrim.
Badan UNFCCC dibentuk pertama kali pada tahun 1994. Tujuan awal dibuatnya yaitu untuk mengontrol emisi gas rumah kaca yang mungkin dalam mengganggu peradaban manusia di bumi.
Dengan dibentuknya UNFCCC, COP pertama kali diadakan pada tahun 1995 di Kota Berlin, Jerman. Kala itu, COP dihadiri oleh 154 negara yang merupakan anggota UNFCCC. Terhitung hingga sekarang, sudah terdapat 196 negara anggota.
Pembentukan COP merupakan keputusan yang merupakan hasil dari konvensi, yaitu kesepakatan semua negara yang hadir kala itu. Adapun tugas dari COP adalah meninjau persediaan emisi yang diajukan ‘Parties.’ Selain itu, COP juga menilai efek dari upaya yang diambil dan dilakukan pihak yang terlibat untuk mencapai konvensi tersebut.
Perhelatan COP sudah menjadi hal yang wajib dilaksanakan setiap tahunnya. Mengingat permasalahan iklim tidak ada habisnya dan semakin hari semakin mengancam manusia.
Setiap tahunnya, COP di adakan di negara berbeda. Ketika sekarang diadakan di Mesir, tahun 2021 tuan rumahnya adalah Skotlandia. Saat itu, pembicaraan yang paling hangat adalah konsumsi batu bara yang disinyalir melepaskan banyak karbon dioksida ke atmosfer.
Pada tahun 2021, konferensi tersebut juga dikenal dengan istilah COP26 dan tahun ini adalah COP27. Angka di belakangnya menandakan kali ke berapa COP diadakan.
Setiap tahunnya, COP membuahkan hasil berupa kesepakatan, pengangkatan isu, dan prioritas yang harus dilakukan. Tentu saja untuk melawan perubahan iklim.
Penyelenggaraan COP selama ini berhasil membuahkan beberapa perjanjian. Di antaranya adalah Protokol Kyoto, Perjanjian Paris dan Pakta Iklim Glasgow.
Singkatnya, Perjanjian Paris berisi target negara-negara untuk menahan laju suhu bumi agar tidak lebih dari 1,5 derajat celcius pada tahun 2030. Sedangkan Protokol Kyoto memuat mekanisme emisi yang di antaranya adalah implementasi bersama, perdagangan emisi dan mekanisme pembangunan bersih. Diketahui bahwa Protokol Kyoto disepakati pada tahun 1997 di Kyoto, Jepang.
Pada COP26, konferensi membuatkan Pakta Iklim Glasgow. Hal tersebut sudah disepakati negara peserta yang hadir. Dengan demikian, penggunaan batu bara dihentikan. Namun hal tersebut tidak mutlak begitu saja diterapkan. Masih banyak pembangkit listrik yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar.
Adapun isu-isu yang dibahas pada COP26 tahun lalu di antaranya adalah mewujudkan ambisi melalui pasar karbon, aturan untuk pelaporan tindakan dan dukungan yang transparan, kurun waktu terhadap komitmen pengurangan emisi, peningkatan upaya tindakan dan adaptasi, menanggapi ilmu pengetahuan terbaru mengenai target pengurangan emisi dan promosi aksi iklim yang adil dan inklusif.
Selain itu, COP26 juga membicarakan tentang bagaimana upaya menghindari, meminimalkan dan mengatasi kerugian serta kerusakan. Dalam bentuk implementasi, juga akan diadakan inisiasi deliberasi mengenai target baru dan finansial untuk iklim dunia setelah tahun 2025.
Adapun solusi yang mungkin diambil dari hasil konferensi COP26 adalah melindungi dan memulihkan alam. Tak hanya itu, kita juga dapat mengacu pada sains yang paling mutakhir serta memberdayakan tindakan yang inklusif.
Untuk COP27, perhelatan masih berlangsung hingga 18 November 2022 mendatang. Dilansir dari situs Chatham House, COP27 juga akan meninjau prioritas permasalahan iklim dan pemanfaatan sektor energi.
Perlu diketahui bahwa terpilihnya Mesir sebagai tuan rumah tahun 2022 sudah diajukan pada COP26 di Glasgow, Skotlandia. Kala itu, perwakilan Mesir banyak menekankan melalui pendekatan finansial dan adaptasi iklim. Hal ini terkesan cukup berbeda dari konferensi sebelum-sebelumnya yang banyak membahas tentang pengurangan emisi untuk mencegah kerusakan iklim.
Lebih lanjut, pimpinan COP27 juga menjabarkan visinya di acara MENA Climate Week 2022. Sameh Shoukry menjelaskan bahwa Mesir memiliki niat untuk fokus pada penerapan target pengurangan karbon yang ada. Hal tersebut bertujuan untuk mencapai ‘substantive and equal progress,’ yang harapannya mencakup semua aspek yang dibahas pada proses negosiasi.
Selain itu, perwakilan Mesir juga menegaskan bahwa pihaknya mantap menjadi tuan rumah COP27 dengan mengatasnamakan negara-negara di Afrika. Selain menjunjung aspek keikliman, mereka juga berusaha mempromosikan perkembangan dunia.