Ragam Puisi tentang Rumahku Karya Penyair Indonesia
Rumah merupakan bagian dari hidup kita. Sedari belia hingga dewasa, rumah menyimpan kenangan. Rumah merekam jejak kaki, menapak, dan memutar memori tiap sudutnya dalam berbagai peristiwa.
Seiring perjalanan menjadi dewasa, rumah akan ditinggalkan. Entah untuk mengejar pendidikan, memburu cinta sejati, menggapai impian, atau urusan pekerjaan. Meski jarang atau bahkan tak lagi dapat kunjungan, rumah tak pernah dilupakan.
Bayangan indah masa kecil kerap kali hinggap. Rumah memanglah tempat kembali dari setiap perjalanan yang tengah kita lalui. Tempat pulang dari semua pergimu.
Contoh Puisi Tentang Rumahku
Berikut ini adalah beberapa puisi bertema rumah yang penuh makna mendalam dan relevan dengan banyak orang.
1. Rumahku
Karya: Chairil Anwar
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Kaca jernih dari luar segala nampak
Kulari dari gedong lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senjakala
Di pagi entah terbang ke mana
Rumahku dari unggun-timbun sajak
Di sini aku berbini dan beranak
Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
Jika menagih yang satu
2. Rumah dan Pulang
Karya: Tulipa Talia
Terpaan senja membelai kening
Membawa ingat pada sebuah bangunan renta
Menua dimakan waktu
Saksi bisu masa kanakku
Bahagia dan air mata menyatu
Merindumu
Namun adakah yang menunggu kepulanganku?
Pulang
Kata tersulit dalam pikir
Kata penuh luka, yang membuat rindu
3. Rumah
Karya: Toto Sudarto Bachtiar
Kulihat dari cahaya bulan di pekarangan
Serambiku kelam dan berudara sepi
Tidak ada suara, tiada pula bayangan
Kecuali sahabatku, semuanya pergi
Terkadang terasa perlu ke rumah
Bercerita dan berkaca pada hari-hari kupunya
Di rumah besar sekali nubuah sebuah kisah
Kalau aku terdengar suara berdetak tiba-tiba
Malu-malu hati sahabatku rupanya ikut bicara
Tanpa tekanan yang mendesak atau tinggi hati
Alangkah cintanya dia padaku
Terkadang sebelum masuk rumah
Aku melihat ke atap dan bertanya-tanya
Apakah dia di dalam, masihkah dia cinta
Alangkah besar rasanya hidup, bila hatiku tak gelisah
4. Hujan di Ujung April
Karya: Kayla Maharani
Mendung berganti hujan
Itulah takdir Tuhan
Hujan di ujung April
Tak pernah membuatku beranjak
Titik air berjatuhan
Membasahi permukaan bumi
Meski ia jatuh berulang kali
Ia tak berhenti memberi ketentraman
Derasnya rintik hujan
Kerasnya gemuruh petir
Tak membuatku berhenti berjalan di tengahnya
Perlahan rintiknya mulai hilang
Hujan meluapkan semua perasaan