Dianggap Ancam UMKM, Ini Perbedaan E-Commerce dan Social E-Commerce
Perbedaan e-commerce dan social e-commerce ramai menjadi perbincangan. Ini berawal dari social e-commerce dianggap sebagai penyebab sepinya pedagang UMKM yang berjualan secara offline. Salah satu aplikasi aplikasi social commerce yang hangat diperbincangkan, adalah TikTok Shop.
Penjualan di media sosial asal Cina tersebut mampu mencapai miliaran sehingga dinilai merugikan dan mengambil pasar pedagang offline. Menurut Sprout Social, social commerce merupakan tempat jual beli barang atau jasa secara langsung dalam platform media sosial. Pengguna bisa menyelesaikan seluruh proses pembelian melalui satu platform sekaligus.
Beberapa platform media sosial terkemuka menawarkan beragam fitur social commerce khusus bagi para pedagang. Termasuk platform seperti Pinterest, TikTok, Facebook dan Instagram.
Melalui fitur ini, para pedagang online bisa membuat etalase digital langsung dalam platform itu dan menggunakan etalase ini untuk membeli produk tanpa mengunjungi situs lain.
Keuntungan Menggunakan Social E-Commerce untuk Berbisnis
TikTok Shop merupakan salah satu social e-commerce yang ramai diperbincangkan karena banyak pembeli yang lebih tertarik menggunakan aplikasi TikTok. Pasalnya harga yang ditawarkan cenderung lebih murah.
Sebelum membahas perbedaan e-commerce dan social e-commerce, berikut beberapa keuntungan social e-commerce untuk berbisnis:
1. Membantu Mempertahankan Pelanggan dan Meminimalisir Friksi
Social commerce memudahkan pedagang mengubah orang yang sebelumnya hanya sekedar pengguna media sosial menjadi pelanggan.
Sebab, mereka bisa langsung melakukan pembelian di platform yang sama. Kehadiran social commerce menghilangkan kebutuhan untuk beralih dari satu aplikasi atau situs web lain untuk menemukan produk yang akan dibeli.
2. Mendorong Pendapatan Tambahan Daripada E-Commerce Tradisional
Social commerce mendorong peningkatan porsi pendapatan dari pemasaran untuk bisnis melalui e-commerce. Menurut McKinsey, penjualan social commerce ritel di Amerika Serikat mampu menghasilkan pendapatan hingga US$ 45,7 miliar pada 2022. Para ahli memperkirakan jumlahnya bisa mencapai hampir US$ 80 miliar pada 2025.
3. Menjangkau Calon Pelanggan Secara Lebih Luas
Jumlah pengguna media sosial terus meningkat hingga mencapai lebih dari 4 miliar orang. Belum lagi media sosial yang membantu konsumen menemukan merek dan produk baru. Berdasarkan studi Belanja Sosial Sprout Social pada 2022, 40% konsumen menemukan produk yang ingin dibeli melalui postingan suatu merek.
Ketika pedagang memanfaatkan social commerce, produk yang dipasarkan akan ditampilkan kepada banyak orang sehingga bisa menjangkau lebih banyak pelanggan.
4. Mengumpulkan Data Mengenai Kebiasaan Pelanggan
Fitur social commerce memberikan penjual akses untuk masuk ke profil sosial media pelanggan secara langsung. Hal ini membantu penjual dalam menemukan data pelanggan yang bisa digunakan untuk menyusun strategi berjualan.
Perbedaan E-Commerce dan Social E-Commerce
E-commerce merujuk pada platform online yang menjadi tempat jual beli produk yang mana ditampilkan secara lengkap deskripsi dan harga sehingga pembeli tinggal memilih dan memproses pembayarannya sampai selesai.
Sementara, social commerce merujuk pada aktivitas jual beli di media sosial. Berikut perbedaan e-commerce dan social commerce:
1. Transaksi
Transaksi e-commerce dinilai jauh lebih praktis daripada social commerce. Saat seseorang membeli produk melalui e-commerce, ia bisa menyelesaikan transaksi tanpa harus keluar dari aplikasi. Terlebih jika sudah terkoneksi dengan dompet digital.
Dalam social commerce, pembeli harus melakukan transaksi di luar platform, khususnya untuk keperluan pembayaran. Ini terjadi karena media sosial hanya berfungsi untuk tempat display yang menarik untuk memajang dan memamerkan produk.
2. Ulasan
Ulasan merupakan salah satu komponen yang bisa Anda lihat dalam perbedaan e-commerce dan social e-commerce. Ulasan di e-commerce cukup menentukan reputasi penjual. Semakin banyak ulasan bagus maka semakin banyak juga calon pembeli yang yakin untuk melanjutkan transaksi.
Sementara ulasan di social commerce belum terlalu banyak karena tidak diwajibkan oleh platform. Akibatnya ulasan pembeli di social commerce tidak terlalu penting bagi calon pembeli.
3. Interaksi antara Penjual dan Pembeli
Perbedaan kedua yang terlihat mencolok antara e-commerce dan social commerce bisa dilihat dari interaksi. Dalam e-commerce, interaksi antara penjual dan pembeli dilakukan melalui diskusi, pesan pribadi dan ulasan.
Karena memang e-commerce sebagai tempat jual beli sehingga interaksinya cenderung lebih terbatas, hanya seputar produk dan transaksi jual beli. Sedangkan interaksi di social commerce terjadi melalui pesan pribadi dan kolom komentar.
Masing-masing penjual di social commerce memiliki kebijakan tersendiri dalam melakukan interaksi dengan konsumen. Namun interaksi antara penjual dan pembeli di social commerce cenderung lebih halus karena bisa lebih mudah dilihat oleh pengguna lain dan menjadi pertimbangan juga bagi calon pembeli.
4. Pemanfaatan Media Sosial
Perbedaan e-commerce dan social e-commerce juga terlihat dari pemanfaatan media sosial. Tidak setiap toko di e-commerce memanfaatkan media sosial atau akun media sosial untuk memasarkan produk. Penjual bisa lebih fokus mengiklankan produknya di platform e-commerce.
Sementara pada social commerce, media sosial jelas cukup mampu diandalkan karena berbasis media sosial. Beragam fitur yang ada di media sosial bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin seperti Reels, filter pada TikTok dan fitur promosi untuk menjangkau target pasar yang sesuai.
Demikian perbedaan e-commerce dan social e-commerce yang penting diketahui oleh pebisnis untuk menjangkau pelanggan secara lebih luas. Perkembangan social e-commerce seperti TikTok Shop yang cukup pesat menjadi alternatif belanja di masa depan.