Menilik Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Bioteknologi Konvensional
Dalam ilmu biologi, ada salah satu cabang ilmu yang penting untuk dipelajari, yaitu bioteknologi. Dalam kehidupan, ilmu ini telah digunakan selama ribuan tahun. Misalnya, proses fermentasi yang menghasilkan beragam produk, seperti tempe dan kecap. Bioteknologi yang telah berlangsung sejak lama ini, dikenal sebagai bioteknologi konvensional.
Sebagai informasi, bioteknologi sendiri berasal dari tiga kata yaitu, 'bios' yang berarti hidup, 'teknos' yang berarti penerapan, dan 'logos' yang berarti ilmu. Dengan kata lain , bioteknologi adalah ilmu mengenai pemanfaatan makhluk hidup secara utuh, maupun bagian-bagiannya, untuk menghasilkan atau modifikasi produk yang bermanfaat melalui cara, prinsip atau teknologi tertentu.
Nah, apa sebenarnya yang dimaksud dengan bioteknologi konvensional, dan seperti apa karakteristiknya, serta apa saja contoh bioteknologi konvensional ini? Simak ulasan singkat berikut ini.
Pengertian Bioteknologi Konvensional
Mengutip sumber belajar IPA Kemendikbud, bioteknologi konvensional adalah cabang bioteknologi yang memanfaatkan organisme secara langsung untuk menghasilkan produk dan jasa yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungan.
Pada umumnya, bioteknologi konvensional dilakukan secara sederhana dan tidak diproduksi dalam jumlah besar. Selain itu, dalam bidang pangan, bioteknologi konvensional mengandalkan proses fermentasi untuk menghasilkan produk yang diinginkan.
Ciri-ciri Bioteknologi Konvensional
Bioteknologi konvensional memiliki beberapa ciri-ciri yang penting untuk diketahui, yakni sebagai berikut:
1. Menggunakan Alat Tradisional dan Sederhana
Proses pembuatan produk dengan bioteknologi konvensional umumnya menggunakan alat-alat sederhana yang biasa digunakan sehari-hari seperti ember, panci gelas, toples, dan baskom.
Contoh penerapannya yaitu dalam pembuatan yoghurt yang menggunakan panci, toples, alat pengaduk, dan termometer dalam prosesnya.
2. Menggunakan Cara yang Sederhana
Tidak hanya alat, proses pengerjaannya termasuk mengolah bahan juga terbilang cukup mudah dan tidak terlalu rumit.
3. Tidak Memerlukan Keahlian Khusus
Dalam prosesnya, bioteknologi konvensional menggunakan cara yang sederhana sehingga bisa dikerjakan siapa saja tanpa memerlukan keahlian khusus.
Contohnya dalam pembuatan yoghurt yang hanya perlu mencampur bakteri tertentu ke dalam selanjutnya untuk kemudian disimpan dalam waktu tertentu.
4. Melibatkan Mikroorganisme Secara Langsung dan Utuh
Proses bioteknologi konvensional sepenuhnya bergantung pada mikroorganisme. Contohnya pada pembuatan yoghurt yang mengandalkan bakteri Lactobacillus dalam prosesnya
5. Menggunakan Prinsip Fermentasi
Bioteknologi konvensional umumnya menggunakan prinsip fermentasi yaitu proses yang menghasilkan energi untuk memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana, dalam keadaan minim, atau tanpa oksigen.
Dari proses fermentasi ini, akan diperoleh produk akhir bioteknologi konvensional yaitu berupa produk utama atau sampingannya.
6. Proses Biokimia dan Genetik Terjadi Secara Alami
Pada bioteknologi konvensional, tidak ada manipulasi genetik yang terjadi. Hal ini terbukti pada pembuatan yoghurt dimana bakteri yang dicampurkan pada susu melakukan proses fermentasi yang terjadi secara alami.