Antisipasi Kelangkaan, Pupuk Indonesia Tawarkan Pupuk Non-Subsidi
PT Pupuk Indonesia menyiapkan pupuk urea non-subsidi untuk mengantisipasi kelangkaan pupuk menjelang musim tanam. Penjualan dan distribusi pupuk ini dijalankan oleh anak usahanya, yakni PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim).
Langkah Pupuk Indonesia ini, sekaligus untuk menyuplai petani yang belum atau tidak terdaftar dalam sistem elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok (e-RDKK). Sistem ini, tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 10 Tahun 2020 tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2020.
Pemerintah mewajibkan petani untuk mendaftar melalui e-RDKK agar dapat mengakses pupuk bersubsidi tahun ini. Jumlah yang didapat pun, wajib sesuai kuota atau alokasi yang telah ditetapkan masing-masing pemerintah daerah.
General Manager Pemasaran Non-PSO Pupuk Kaltim M. Eddy Hardianto mengatakan bahwa pihaknya menyiapkan pupuk non-subsidi yang tidak harus mengacu pada aturan e-RDKK. Sehingga, bisa diakses secara mandiri dengan jumlah yang diinginkan sesuai kebutuhan lahan.
"Bagi petani yang belum masuk sistem e-RDKK, bisa mendapatkan pupuk dari produk non-subsidi, sesuai kebutuhan pemupukan lahan," ujar Eddy melalui siaran pers yang diterima Katadata.co.id, Senin (20/7).
Pupuk Kaltim menyiapkan minimal 500 Kg urea non-subsidi bermerek 'Daun Buah" di tiap kios distribusinya. Harapannya, ketersediaan pupuk urea ini mampu membantu petani mencukup kebutuhan pupuk saat musim tanam.
Menurut Eddy, kandungan dan unsur produk non-subsidi tidak kalah dengan urea subsidi, dengan pemakaian yang lebih hemat. Ia menjelaskan, bahwa dalam pupuk non-subsidi tersebut terdapat kandungan nitrogen urea, untuk membantu mempercepat pertumbuhan tanaman.
Produk ini telah diujikan pada beberapa komoditas di berbagai daerah di Indonesia melalui Demonstration Plot (Demplot) pola pemupukan berimbang Pupuk Kaltim.
"Jadi petani tidak perlu khawatir dengan urea non-subsidi dari Pupuk Kaltim karena kualitasnya sangat baik," ujarnya.
Meski demikian, Eddy mengatakan bahwa salah satu faktor peningkatan produktivitas tidak hanya dari penggunaan pupuk, tapi juga metode pengelolaan lahan, pemilihan benih, hingga pola waktu pemberian pestisida yang tepat.