Data Perekonomian AS Memburuk di Tengah Pemulihan Cepat Tiongkok
Perekonomian Amerika Serikat menunjukkan sinyal pemburukan di tengah pemulihan Tiongkok. Data terbaru menunjukkan, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran naik ke level tertinggi pada pekan lalu untuk dua bulan terakhir.
Mengutip Reuters, laporan klaim pengangguran mingguan Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (15/10) menunjukkan setidaknya 25 juta orang mengajukan tunjangan pengangguran pada akhir September. Ini memperkuat pandangan bahwa pemulihan ekonomi AS melambat dan membutuhkan paket penyelamatan tambahan dari pemerintah.
Kesulitan ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 adalah rintangan utama bagi Presiden Donald Trump untuk memenangkan masa jabatan kedua dalam pemilihan umum yang berlangsung pada 3 November. Mantan Wakil Presiden Joe Biden menyalahkan Trump atas kesalahan penanganan pandemi yang menyebabkan ekonomi AS berada pada situasi terburuk dalam 73 tahun terakhir.
"Kenaikan klaim ini mengganjal. Sulit untuk tidak menganggap pemulihan rentan," katanya.
Klaim awal tunjangan pengangguran meningkat dari 53 ribu menjadi 898 ribu yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 10 Oktober. Data untuk minggu sebelumnya direvisi dan menunjukkan tambahan 5.000 orang yang mengajukan klaim pengangguran dari laporan sebelumnya.
AS juga tengah menghadapi lonjakan kasus baru Covid-19 di seluruh negeri. Mengutip data Worldometers.info, total kasus Covid-19 di AS mencapai 8,22 juta dengan kematian mencapai 222 ribu orang, terbanyak di dunia.
Tarik ulur masih terjadi pada pembahasan stimulus tambahan AS. Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan akan terus berusaha mencapai kesepakatan dengan Ketua DPR Nancy Pelosi, seorang Demokrat, sebelum pemilihan bulan depan.
Bursa saham AS melemah dengan dolar terus menguat terhadap sekeranjang mata uang utama.
Kondisi ekonomi AS yang memburuk berbanding terbalik dengan Tiongkok yang mengalami pemulihan. Impor Tiongkok pada September tumbuh dengan laju tercepat pada tahun ini mencapai 13,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, berbalik dari kondisi Agustus yang turun 2,1%.
"Lonjakan impor menunjukkan bahwa investasi di dalam negeri kuat," ujar Capital Economics Senior China Economist Julian Evans-Pritchard.
Catatan penting lainnya dari perekonomian Negara Tembok Raksasa ini adalah ekspor yang tetap kuat di tengah berkurangnya permintaan barang untuk penanganan Covid-19 seperti masker.
Aktivitas pabrik Tiongkok juga meningkat karena perdagangan internasional secara bertahap dimulai kembali. Permintaan barang-barang konsumsi lainnya menanjak dari berbagai penjuru dunia.
Bank Sentral Tiongkok memperkirakan ekonomi pada kuartal tiga akan tumbuh lebih baik dibandingkan kuartal II yang mencapai 3,2%.
Berbagai lembaga internasional pun merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok untuk tahun ini dalam laporan terbaru mereka dari proyeksi yang dibuat pertengahan 2020. Bank Dunia misalnya, mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok dari hanya tumbuh 1% menjadi 2%, IMF menaikkan dari tumbuh 0,9% menjadi 2%, sedangkan OECD memproyeksi ekonomi Tiongkok tumbuh 1,8% dari sebelumnya kontraksi 3,2%.