Survei BI: Permintaan Kredit Korporasi Meningkat pada November
Survei perbankan memperkirakan permintaan kredit baru meningkat pada November 2020 dan akan semakin tumbuh pada Desember 2020. Penyaluran kredit pada pada kuartal keempat tahun ini juga diramal lebih baik dibandingkan kuartal ketiga.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, kredit yang lebih baik pada bulan ini terindikasi dari SBT perkiraan penyaluran kredit baru sebesar 52,3%, lebih tinggi dibandingkan SBT perkiraan penyaluran kredit baru November 2020 sebesar 13,5%. Berdasarkan kelompok bank, peningkatan tertinggi diperkirakan terjadi pada BPD dan bank mum dengan SBT masing-masing sebesar 56,1% dan 52%, sementara berdasarkan jenis penggunaan peningkatan terjadi pada KMK dengan SBT sebesar 51,3%.
"Kebutuhan pembiayaan korporasi sudah mulai meningkat pada November 2020, terindikasi dari SBT 12,1%, lebih tinggi dibandingkan 2,3% pada bulan sebelumnya. Penyaluran kredit baru diperkirakan lebih meningkat pada Desember 2020," kata Erwin dalam keterangan resminya, Jumat (18/12).
Sektor yang mengalami kenaikan kebutuhan pembiayaan, yakni sektor pertambangan dan penggalian, perdagangan besar dan eceran, serta pertanian, kehutanan, dan perikanan. Ini terutama untuk mendukung aktivitas operasional sebanyak 79,19% responden, membayar kewajiban yang jatuh tempo 38,4%, dan mendukung pemulihan usai era normal baru 38,4%.
Kebutuhan pembiayaan yang meningkat sebagian besar dipenuhi dari dana sendiri sebanyak 53,5%, pinjaman ke perbankan di dalam negeri 8,1%, dan utang dari perusahaan induk 8,1%. Responden yang memilih menggunakan dana sendiri menyampaikan alasan pemilihan pembiayaan tersebut adalah kemudahan dan kecepatan perolehan dana 54,2% dan optimalisasi fasilitas eksisting 22%.
Sementara responden yang memilih untuk menambah pinjaman ke perbankan dalam negeri menyampaikan bahwa faktor utama yang mendorong pemenuhan melalui perbankan adalah kemudahan dan kecepatan perolehan dana 75% dan biaya suku bunga yang lebih murah 25%. Berikutnya, responden yang memilih melakukan pinjaman dari perusahaan afiliasi/induk berpendapat bahwa kemudahan dan kecepatan perolehan dana menjadi faktor utama yang mendorong preferensi pemilihan tersebut.
Di sisi lain, survei mengindikasikan sebagian besar responden rumah tangga masih menahan untuk menambah pembiayaan melalui utang atau kredit pada November 2020. Hal ini tercermin dari responden yang tidak melakukan penambahan pembiayaan pada November 2020 mencapai 88,5% dari total responden. Sementara itu, responden yang menyatakan melakukan penambahan utang tercatat sebanyak 11,5%, relatif sama dengan bulan Oktober 2020.
Pada November 2020, responden rumah tangga yang mengajukan penambahan pembiayaan melalui utang mayoritas memperoleh pembiayaan tersebut dari bank umum dengan pangsa sebesar 33,8%, diikuti dari teman dan koperasi dengan pangsa masing-masing sebesar 15,4% dan 15,1%. Porsi responden yang mengajukan pembiayaan dan perbankan, teman dan koperasi meningkat dari bulan sebelumnya, sedangkan pengajuan pembiayaan dari leasing dan fintech menurun.
Adapun jenis pembiayaan yang paling banyak diajukan oleh rumah tangga pada November 2020 adalah Kredit Multi Guna (KMG) dengan pangsa sebesar 35,7% dari total pengajuan pembiayaan, diikuti Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan KPR masing-masing sebesar 19,4% dan 8,5% dari total pengajuan kredit pada November 2020. Pengajuan KMG pada bulan November 2020 meningkat, sementara jenis kredit lain mengalami penurunan dari bulan sebelumnya.
Survei BI juga memperkirakan penyaluran kredit baru sepanjang kuartal empat lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pada kuartal ketiga. Perkembangan ini seiring permintaan pembiayaan korporasi yang mulai meningkat.
Ramalan peningkatan penyaluran kredit pada kuartal IV 2020 terindikasi dari Saldo Bersih Tertimbang sebesar 62%, lebih tinggi dari kuartal III 2020 yaitu 50,6%. Berdasarkan kelompok bank, peningkatan tertinggi secara kuartalan diperkirakan terjadi pada Bank Pembangunan Daerah dan Bank Umum Syariah dengan SBT masing-masing sebesar 70,3% dan 63,2%. Sementara berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan tertinggi secara kuartalan terjadi pada Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Perumahan Rakyat (KPR) dengan SBT masing-masing sebesar 65,4% dan 51,1%.
Sementara itu, kebijakan penyaluran kredit pada kuartal IV 2020 diperkirakan sedikit lebih ketat dibandingkan kuartal sebelumnya. Berdasarkan jenis penggunaan, pengetatan kebijakan penyaluran kredit diperkirakan terjadi terutama pada Kredit Investasi dan KMK.
Ekonom Senior Center Of Reform on Economics Yusuf Rendy Manilet menuturkan bahwa keyakinan penyaluran kredit pada kuartal keempat memang tidak terlepas dari proses pemulihan ekonomi yang sedang terjadi. Beberapa indikator yang mempengaruhi yakni PMI yang kembali ke level ekspansif dan inflasi juga kembali tejadi setelah sebelumnya selama tiga bulan berturut-turut mengalami deflasi. "Kedua indikasi ini menunjukkan bahwa permintaan dari masyarakat mulai terjadi," kata Yusuf kepada Katadata.co.id, Jumat (18/12).
Namun memang, meskipun akan lebih tinggi dibandingkan kuartal III 2020, pertumbuhan kredit pada kuartal empat peningkatannya akan relatif tipis. Hal ini disebabkan proses pemulihan ekonomi yang relatif lambat karena kasus Covid-19 yang masih tinggi.