Perusahaan Cina Investasi Rp 7,9 T Bangun Pabrik Metanol di Aceh

Cahya Puteri Abdi Rabbi
19 Oktober 2021, 08:53
investasi, cina, batu bara, proyek gasifikasi batu bara
ANTARA FOTO/Makna Zaezar/wsj.
Pabrik yang akan didirikan PT Powerindo Cipta Energy dan China National Chemical Engineering Corporation berlokasi di mulut tambang dan mengolah 1,1 juta ton batu bara menjadi 600 ribu ton metanol per tahun.

PT Powerindo Cipta Energy dan China National Chemical Engineering Corporation meneken perjanjian kerja sama pembuatan uji kelayakan atau feasibility study proyek coal to methanol. Proyek gasifikasi batu bara ini rencananya didirikan di Aceh dengan investasi mencapai US$ 560 juta atau setara Rp 7,6 triliun. 

"Proyek ini akan menyerap tenaga kerja sebanyak 600-700 orang. Berdasarkan perencanaan, proyek akan memasuki tahap konstruksi pada pertengahan 2022,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya, Senin (18/10).

Pabrik ini akan berlokasi di mulut tambang dan mengolah 1,1 juta ton batu bara menjadi 600 ribu ton metanol per tahun. Menurut Agus, proyek ini akan memiliki kontribusi besar dalam industri hilirisasi di Tanah Air. 

Ia menjelaskan, terdapat  hilirisasi industri setidaknya memberi lima manfaat besar bagi perekonomian. 

  1. Memperkuat daya saing produk hasil hilirisasi yang dapat meningkatkan ekspor, menjadi bagian dari supply chain global, serta mendorong subtitusi impor.
  2. Meningkatkan penciptaan lapangan kerja dengan ekspansi dan investasi baru.
  3. Upaya memperkuat nilai tambah industri di dalam negeri, yang akan memperbesar kontribusinya bagi perekonomian.
  4. Mengakselerasi transfer teknologi di Indonesia. Spillover dari teknologi ini bisa menumbuhkan iklim kewirausahaan dan inovasi-inovasi baru.
  5. Meningkatkan subtitusi impor yang akan menekan defisit neraca perdagangan.

Agus mencatat, nilai ekspor bahan kimia dan barang dari bahan kimia mencapai US$ 11,85 miliar pada tahun lalu. Sementara itu, nilai impornya mencapai US$ 18,25 miliar sehingga terdapat defisit US$ 6,4 miliar.

Dengan kondisi neraca perdagangan ini, menurut dia, perlu upaya untuk mempercepat peningkatan investasi di sektor kimia. Adapun industri metanol merupakan salah satu sektor prioritas yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan industri di hilirnya.

Halaman:
Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...