Kasus Covid-19 di Singapura Terus Melonjak meski Vaksinasi Tinggi
Kasus Covid-19 di Singapura terus melonjak meski hanya tersisa sedikit warganya yang belum divaksinasi. Terdapat 3.637 kasus baru dengan 14 kematian pada Jumat (22/10).
Berdasarkan data Pemerintah Singapura, terdapat 338 kasus seriös yang membutuhkan oksigen dan 57 kasus berada di ICU.
Dalam 28 hari terakhir, 98,7% kasus bergejala ringan atau tanpa gejala, 1% membutuhkan oksigen, 0,1% membutuhkan perawatan ICU, dan 0,2% meninggal dunia.
Meski tetap mewajibkan penggunaan masker, pembatasan sosuak yang ketat, dan tersedianya vaksin booster Covid-19, kasus terus meningkat didorong oleh varian Delta. Total kematian akibat Covid-19 naik lima kali lipat dari posais awal September sebanyak 55 orang menjadi 280 orang.
"Singapura berpotensi mengalami dua hingga tiga gelombang epidemi karena langkah-langkah semakin longgar," kata Alex Cook, pakar pemodelan penyakit di National University of Singapore (NUS).
Ia memperkirakan, angka kematian akan terus meningkat, kecuali lebih banyak dari sisa orang tua yang tidak divaksinasi dapat divaksinasi atau mendapatkan vaksin booster.
Cook mengharapkan gelombang saat ini mereda karena populasi mulai membangun kekebalan, dengan sebagian besar infeksi cukup ringan untuk pemulihan di rumah.
Singapura adalah satu dari beberapa negara yang disebut nol Covid-19 karena memberlakukan beberapa tindakan paling ketat di dunia untuk menahan infeksi dan kematian jauh di bawah penghitungan di tempat lain.
Ini adalah bagian dari strategi menunggu yang dilakukan Singapura hingga sebagian besar dari 5,5 juta warganya telah divaksinasi sebelum secara bertahap sebelum kemudian mengurangi pembatasan dan melanjutkan lebih banyak kegiatan ekonomi.
Singapura kini perlahan-lahan membuka kembali perbatasannya, memperluas perjalanan bebas karantina ke hampir selusin negara. Australia dan Selandia Baru telah memulai transisi serupa, sementara Cina belum bergerak maju.
Namun, pertanyaan yang kini dihadapi banyak pemerintahan adalah bagaimana mencegah lonjakan di antara orang tua dan mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, terutama setelah Delta yang menyebar cepat, yang tiba di Singapura tahun ini,
"Jika saya adalah pembuat kebijakan di Australia, Selandia Baru atau Cina, saya akan mempelajari apa yang terjadi di Singapura," kata Cook.
Meskipun 84% penduduk Singapura telah divaksinasi lengkap, sebagian besar dengan dosis dari Pfizer (PFE.N)/BioNTech atau Moderna (MRNA.O), vaksin tersebut mungkin tidak melindungi beberapa yang paling rentan.
Sekitar 30% dari korban meninggal dunia akibet Covid-19 dalam sebulan terakhir telah divaksin, sebagian besar berusia di atas 60 tahun dengan masalah medis yang mendasarinya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa vaksin menawarkan perlindungan yang lebih sedikit kepada orang tua dan orang yang sakit parah.
Berdasarkan situs Worldometer, angka rata-rata tujuh hari Singapura dari 1,77 kematian harian per juta orang melampaui rekan-rekan regional seperti Jepang dengan 0,14, Korea Selatan dengan 0,28, dan Australia dengan 0,58, Ini membuntuti angka AS 4,96, dan 1,92 Inggris.
Namun kematian kumulatif sebagai bagian dari populasi masih termasuk yang terendah di dunia, pada 47,5 per juta. Ini lebih rendah dibandingkan dengan angka 2.825,7 di Brasil dan 2.202,4 di Amerika Serikat.
Delta Mengubah Segalanya
Menyusul pelonggaran pembatasan pada Agustus, gelombang terbaru Singapura telah menyebabkan infeksi harian minggu ini hampir 4.000, atau hampir tiga kali lebih tinggi dari puncak tahun lalu.
Para ahli mengatakan, pembatasan ketat menahan laju penularan, tetapi efektivitasnya terhadap Delta tampaknya berkurang, Meski demikian, tingkat vaksinasi yang tinggi menunjukkan sebagian besar kasus bergejala ringan atau tidak bergejala.
"Sebagian besar kematian kami berasal dari persentase yang sangat kecil dari orang yang tidak divaksinasi. Kenyataannya adalah ketika Covid-19 menjadi endemik, semakin banyak orang akan terkena Covid-19,” kata Dale Fisher, ahli penyakit menular di National University Hospital.
Singapura akan memperpanjang beberapa pembatasan jarak sosial selama sekitar satu bulan untuk mengurangi tekanan pada sistem perawatan kesehatan. Saat ini seluruh orang dewasa dan anak 12 tahun ke atas sudah divaksinasi. Singapura kini bahkan telah fokus pada suntikan booster.
Sekarang, dengan hampir tidak ada orang yang lebih tua dari 12 tahun yang tersisa untuk divaksinasi, mereka berfokus pada dosis booster.
Pemerintah melarang makan di luar dan masuk ke pusat perbelanjaan untuk yang tidak divaksinasi, membantu mendorong jumlah mereka yang mendapatkan dosis pertama menjadi 17.000 minggu lalu, naik 54% dari minggu sebelumnya.
"Saya tidak berpikir bahwa pelonggaran pembatasan akan berdampak pada jumlah kasus. Kuncinya tetap menjangkau manula yang tidak divaksinasi dan melindungi yang rentan,” kata Paul Tambyah, Presiden Masyarakat Mikrobiologi dan Infeksi Klinis Asia Pasifik.