Merger, Yahoo Jepang dan Line Ingin Garap Bisnis Bank di Asia
Yahoo Jepang bakal meningkatkan ekspansi bisnis di Asia melalui aksi merger dengan aplikasi pesan instan, Line pada akhir tahun ini. Merger tersebut bertujuan agar keduanya dapat mengembangkan layanan perbankan dan keuangan digital di Taiwan, Thailand dan Indonesia.
President and CEO Z Holdings, induk Yahoo Japan, Kentaro Kawabe menilai basis pelanggan Line yang ada di beberapa pasar Asia dapat menjadi aset penting bagi perusahaan. "Jadi strategi dasarnya adalah memanfaatkan aset itu untuk membuat Line menjadi aplikasi super," ujar Kawabe seperti dikutip dalam wawancara dengan Nikkei Asian Review, Kamis (16/1).
Line yang didirikan di Jepang hingga saat ini telah memiliki sekitar 185 juta pengguna bulanan di seluruh dunia, dengan Taiwan, Thailand, Indonesia, dan Vietnam menjadi pasar utama di luar negeri.
Kawabe menjelaskan, aplikasi super adalah aplikasi yang menawarkan berbagai layanan konsumen digital, seperti ride hailing, e-commerce, dan pembayaran seluler. Aplikasi super telah menjadi model bisnis utama bagi perusahaan internet yang berkembang pesat di Asia, seperti Gojek dan Grab.
Layanan perbankan dan keuangan, menurut Kawabe, dapat menjadi bisnis utama jika perusahaan hasil merger ini ingin memenangkan persaingan dan menggenggam status aplikasi super. Apalagi, bidang ini belum dikuasai oleh perusahaan internet besar di Amerika Serikat.
(Baca: Salip Facebook, Aplikasi TikTok Paling Banyak Diunduh Kedua di Dunia)
"Layanan keuangan adalah salah satu bidang yang memberikan peluang bisnis besar bersama dengan digitalisasi," ujar Kawabe.
Sebagai informasi, Line yang tergabung dalam sebuah konsorsium mengantongi lisensi perbankan di Taiwan. Line Bank dimiliki oleh Line Financial Taiwan Corp sebesar 49,9%, Taipei Fubon Bank sebesar 25,1%, CTBC bank sebesar 5%, Union Bank of Taiwan sebesar 5%, Standard Chartered sebesar 5%, Taiwan Mobile sebesar 5%, dan FarEastTone sebesar 5%.
Perusahaan juga ingin meluncurkan layanan serupa di Indonesia, Thailand dan Jepang melalui kemitraan dengan bank-bank lokal. November lalu, Z Holdings and Line telah sepakat untuk melakukan merger pada Oktober 2020.
Dengan kesepakatan ini, sedang ditinjau pula struktur baru di perusahaan, seperti, Kawabe yang bakal menjadi Presiden dan co-CEO di entitas baru tersebut.
Meskipun kedua perusahaan memiliki kehadiran besar di pasar Jepang, menurut Kawabe, perusahaan masih merasan mereka tidak dapat bersaing secara individu dengan raksasa digital dari AS dan Tiongkok seperti Google, Alibaba Group Holding dan Tencent Holdings.
Kawabe mengatakan, untuk menantang perusahaan-perusahaan besar itu maka salah satu strategi utama untuk Z Holdings and Line adalah dengan melakukan ekspansi regional.
Pihaknya pun bakal mempertimbangkan untuk mengakuisisi startup di Asia, seperti layanan ride hailing dan pesan-antar makanan. "Sulit bagi layanan internet untuk diterima di pasar baru. Jadi kami akan mempertimbangkan untuk mengakuisisi perusahaan yang menyediakan layanan yang baik di pasar individu," ujar Kawabe.
(Baca: Marak Penipuan Lewat Akun Mitra Pengemudi, Gojek Siapkan Teknologi)
Meski demikian, Kawabe mengatakan bahwa perusahaan tidak memiliki anggaran khusus yang dialokasikan untuk melakukan akuisisi di luar negeri. Namun, menurutnya, perusahaan akan mempertimbangkan peluang berdasarkan 'kasus per kasus' ketika startup itu muncul.
"Investasi minoritas melalui tangan modal ventura juga akan menjadi pilihan," ujarnya.
Kawabe mengatakan, salah satu strategi untuk menantang perusahaan internet global adalah dengan mengembangkan layanan yang menangani masalah sosial khusus di Jepang, seperti besarnya tingkat usia tua dan manajemen bencana alam.
Selain itu, Kawabe juga ingin membawa model bisnis seperti itu ke seluruh Asia. Layanan yang mungkin diterapkan yakni berupa pemesanan perjalanan online untuk manula dan robotika untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja.
"Sebagai negara yang matang, Jepang memiliki banyak masalah sosial. Asia Tenggara akan mengalami masalah yang sama di masa depan," kata Kawabe.