Ditolak Dua Kali, Gojek Kembali Ajukan Izin 'Mengaspal' di Filipina
Perusahaan layanan on demand, Gojek disebut menggandeng pengusaha e-commerce Paulo Campos guna memuluskan ekspansi perusahaan ke Filipina. Upaya ini ditempuh setelah decacorn ini dua kali gagal masuk ke negara tersebut akibat terganjal aturan otoritas transportasi setempat.
Dilansir dari Nikkei Asian Review, Gojek telah mengajukan dokumen perizinan kepada Philippines Securities and Exchange Commission untuk ketiga kalinya. "Kami telah melihat dokumen-dokumen itu dan telah merekomendasikan kepada Departemen Perhubungan," ujar Martin Delgra, Kepala Land Transportation Franchising and Regulatory Board.
Dengan menggandeng Paulo Campos, Startup bentukan Nadiem Makarim ini mampu mengakali ganjalan terkait maksimum kepemilikan asing untuk masuk ke pasar Filipina. Dalam dokumen perizinanya, Pace Crimson Ventures Corp, perusahaan Filipina telah mengakuisisi 60% saham pada perusahaan afiliasi lokal Gojek, Velox Technology Philippines.
(Baca: Gojek Ungkap Tantangan Ekspansi ke Thailand hingga Malaysia)
Paulo Campos merupakan pemegang saham terbesar Pace Crimson dengan porsi saham mencapai 35%. Ia adalah kepala eksekutif dan salah satu pendiri platform e-commerce Zalora Philippines.
"Dengan demikian 60,01% dimiliki oleh warga negara Filipina dan memenuhi batas kepemilikan asing," kata Camilo Correa, Penasihat Umum Philippines' Securities and Exchange Commission.
Sebelumnya, perizinan Gojek telah dua kali ditolak oleh otoritas transportasi setempat akibat terganjal regulasi. Pengajuan perizinannya pertama kali ditolak pada akhir 2018.
Dikutip dari Tech in Asia, otoritas Filipina saat itu mengeluarkan moratorium pengajuan baru untuk Transport Network Vehicle Service.
(Baca: Babak Baru Pertarungan Gojek dan Grab di Tiga Layanan)
Gojek kemudian kembali mengajukan perizinan pada Maret 2019, tetapi ditolak lagi lantaran tak memenuhi batasan kepemilikan asing maksimal sebesar 40%.
Perusahaan ini juga telah mengupayakan masuk pasar Filipina dengan berinvestasi pada penyedia layanan dompet digital lokal berbasis blockchain, Coins.ph. Investasi itu, membuat Go-Pay bisa lebih dulu beroperasi di negeri jiran tersebut.
Sementara itu saat dikonfirmasi, VP Corporate Communications Gojek Kristy Nelwan tak menyanggah atau membenarkan informasi tersebut. Ia hanya menjelaskan, pihaknya masih berkomunikasi dengan pemerintah Filipina dan berharap dapat menemukan solusi untuk membawa layanan mereka ke negara itu.
"Ini juga mengingat sektor industri yang bersangkutan memerlukan adanya kompetisi," jelas dia.
Adapun Gojek saat ini masih fokus pada pengembangan Coins.ph yang baru-baru ini diakuisisi perusahaan.
Belum mengaspalnya Gojek di Filipina membuat Grab semakin tak tertandingi di pasar Filipina. Philippine Competition Commission Chairman Arsenio Balisacan sebelumnya telah menyerukan agar ada pemain baru di negara tersebut.
Sementara itu, hasil riset yang dikeluarkan oleh ABI Research menunjukkan bahwa Grab memimpin pasar transportasi online di Indonesia dan Vietnam, terlihat dalam databoks di bawah ini.