Tekanan Pemerintah AS Mereda, TikTok Salip YouTube
Aplikasi video pendek asal Tiongkok, TikTok berhasil menyalip YouTube dari sisi jumlah waktu menonton penggunanya di Amerika Serikat (AS). Moncernya TikTok seiring dengan tekanan dari AS yang kian mereda.
Berdasarkan laporan terbaru dari App Annie, rata-rata waktu menonton pengguna Tiktok di AS pada Juni 2021 mencapai lebih dari 24 jam per bulan. Sedangkan, YouTube mencapai 22 jam 40 menit.
Padahal aplikasi besutan ByteDance itu mencatatkan posisi TikTok berada di bawah YouTube pada Maret 2021. Saat itu, TikTok mencatatkan waktu menonton penggunanya 23 jam per bulan, sedangkan, YouTube 24 jam per bulan.
Tiktok tak hanya unggul dari Youtube di AS. Pengguna TikTok di Inggris juga menghabiskan waktu menonton hingga rata-rata 26 jam, sedangkan YouTube hanya 16 jam.
Meski begitu, App Annie hanya melihat data waktu menonton pengguna kedua aplikasi itu di Android. Alhasil, laporan itu kemungkinan tidak mewakili keseluruhan pengguna aplikasi.
App Annie menilai, moncernya TikTok di pasar AS dan Inggris disebabkan karena tren video pendek yang kian merebak. "Aplikasi video pendek telah memengaruhi lanskap sosial," kata App Annie dikutip dari Gadget 360 pada Selasa (7/9).
Selain itu, capaian TikTok yang melampaui YouTube juga seiring tekanan AS yang kian mereda. Setelah mantan Presiden AS Donald Trump lengser, penggantinya Joe Biden memang melakukan pendekatan berbeda terhadap TikTok.
Menurut laporan The Wall Street Journal, pemerintahan AS di bawah kendali Biden meninjau kembali sanksi yang dijatuhkan kepada TikTok. "Pemerintah tidak mengambil langkah proaktif baru terhadap TikTok," kata sekretaris pers Gedung Putih, Jen Psaki, pada Februari lalu (10/2).
Juru bicara Badan Keamanan Nasional AS Emily Horne juga mengatakan bahwa pemerintahan Biden akan mempertimbangkan upaya yang sudah dilakukan TikTok dalam mengamankan data pribadi pengguna aplikasi tersebut di AS.
"Kami berencana untuk mengembangkan pendekatan komprehensif untuk mengamankan data warga AS atas berbagai ancaman yang mengintai," kata Emily.
Pada tahun lalu, ByteDance menghadapi serangkaian tekanan, terutama pada masa pemerintah AS di bawah Donald Trump. Pemerintah AS waktu itu mengancam memblokir TikTok karena dianggap mengganggu keamanan nasional.
Pada Agustus 2020 Trump menandatangani dua perintah eksekutif, salah satunya melarang perusahaan AS berbisnis dengan ByteDance. Trump juga mengancam akan memblokir TikTok di AS jika Bytedance tidak melepaskan kendali operasinya di sana.
Trump kemudian memberikan waktu kepada ByteDance untuk menjual operasional TikTok di AS maksimal 45 hari terhitung sejak penandatanganan perintah eksekutif itu. Atas desakan itu, ByteDance pun sempat berencana membentuk TikTok Global untuk operasional di AS. Perusahaan asal AS, Oracle akan mempunyai 12,5% dan Walmart 7,5% saham.
Namun, hingga batas waktu yang sudah ditentukan bahkan hingga saat ini, pembentukan anak usaha ByteDance di AS itu belum juga dilakukan. Hakim AS memutuskan untuk menunda sementara kebijakan Trump, sehingga aplikasi TikTok masih dapat diunduh dan diperbarui di App Store maupun Google Play Store.