Keterlibatan Bank Global dalam Transaksi Dana Ilegal Rp 29.400 T
Bank-bank global diduga memfasilitasi pengiriman dana ilegal mencapai lebih dari US$ 2 triliun atau sekitar Rp 29.400 triliun selama hampir dua dekade.
Hal ini terungkap dalam laporan yang dibuat Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional (ICIJ) bersama BuzzFeed News dan berbagai media lain berdasarkan bocoran dokumen dari pemerintah AS. HSBC, Standard Chartered, Barclays, Deutsche Bank, Commerzbank, JPMorgan Chase & Co, dan Bank of New York Mellon disebut terlibat dalam transfer dana tersebut.
Mengutip laporan ICIJ, JP Morgan memfasilitasi transfer dana yang terkait dengan penjarahan dana besar-besaran di Malaysia, Venezuela, Ukraina. Bank memindahkan lebih dari US$ 1 miliar untuk buronan pemodal di balik skandal 1MDB Malaysia dan lebih dari US$ 2 juta untuk perusahaan energi yang dituduh menipu pemerintah Vanezuela.
JP Morgan juga memproses lebih dari US$ 50 juta pengiriman dana untuk mantan Manjaer Kampanye Trump, Paul Manafort.
Investigasi selama 16 bulan oleh konsorsium investasi internasional, BuzzFeed News, dan 108 media lainnya juga menembukan bahwa HSBC memberikan layanan perbankan kepada tersangka penjahat, perencana ponzi, dan perusahaan cangkang yang terkait penjarahan dana pemerintah dan perantara keuangan untuk narkoba.
Dikutip dari Reuters, beberapa bank tersebut menjelaskan, banyak transaksi terjadi sejak lama. Mereka pun menyatakan kini telah menerapkan pemeriksaan anti pencucian uang yang ketat.
Meski demikian, investor tetap khawatir. Saham HSBC dan StanChart menyentuh level terendah dalam 25 tahun terakhir. Kedua bank ini bernasib sedikit lebih buruk dari rekan-rekan mereka di tengah aksi jual yang lebih luas di saham global.
Perbankan global hingga kini telah menghabiskan miliaran dolar untuk mendukung prosedur anti pencucian uang dalam beberapa tahun terakhi setelah banyak bank harus menghadapi denda besar karena melanggar peraturan. Mereka diwajibkan untuk melaporkan aktivitas mencurigakan setiap kali menangani dana yang menimbulkan kecurigaan soal kegitan kriminal.
Analisis yang dilakukan Buzzfeed News dengan konsorsium jurnalis investigasi internasional dan beberapa media lain menemukan beberapa laporan diajukan berbulan-bulan setelah transaksi yang dicurigai terjadi dan seringkali hanya sedikit tindak lanjut yang diambil.
"Ini menunjukkan bahwa mengelola risiko kejahatan keuangan lebih dari sekadar membuat laporan transaksi mencurigakan," kata Partner Layanan Keuangan Norton Rose Fulbright Etelka Bogardi dikutip dari Ruters.
Saham Deutsche Bank yang terlibat dalam laporan transaksi mencurigakan terbesar berdasarkan berkas yang diteliti BuzzFeed turun lebih dari 8%.
Kementerian Keuangan Jerman mengatakan bahwa kasus-kasus yang terkait dengan Jerman dalam laporan tersebut telah ditangani. Banyak dari transaksi yang mencurigakan juga terkait dengan perusahaan yang didirikan di Inggris atau wilayah lepas pantai Inggris.
Pemerintah Inggris pun mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tidak seharusnya penjahat dapat mengambil keuntungan dari aktivitas ilegam mereka. Tindakan tegas terkait uang kotor telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir.
Inggris juga menyatakan tengah mengerjakan reformasi pada sistem pencatatan perusahaannya yang akan membutuhkan lebih banyak pemeriksaan pada direktur perusahaan.
HSBC yang harga sahamnya turun 6%, juga mengatakan informasi dalam laporan itu merupakan masa lalu. Sementara Standard Chartered, yang harga sahamnya turun 5%, mengatakan telah memperbaiki prosedur pengendalian anti pencucian uang.
Harga saham JPMorgan dan Bank of New York Mellon, yang juga termasuk dalam lima bank teratas yang paling sering disebutkan dalam laporan, masing-masing turun 2,6% dan 2%.
BNY Mellon mengatakan kepada Reuters bahwa pihaknya tidak dapat mengomentari laporan mencurigakan tertentu, tetapi sepenuhnya mematuhi semua semua hukum dan peraturan yang berlaku. JPMorgan menyatakan memilikiribuan orang dan telah menggelontorkan ratusan juta dolar yang didedikasikan untuk mencehan pencucian uang.
Bank-bank global dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan investasi dalam teknologi dan sumber daya mannusia untuk menangani persyaratan peraturan anti pencucian uang dan sanksi yang lebih ketat di seluruh dunia.
Ribuan klien dikeluarkan dari rekening bank di pusat kekayaan utama termasuk Hong Kong dan Singapura setelah skandal pencucian uang di Malaysia, pengungkapan 'Panama Papers', dan dorongan global untuk transparansi pajak.
Pakar kepatuhan mengatakan bahwa bagian dari masalah sekarang adalah bank berjuang untuk membedakan antara transaksi yang mencurigakan dan tidak mencurigakan. Mereka hanya mengajukan jutaan laporan mencurigakan ke lembaga penegak hukum yang tidak memiliki kapasitas untuk menanganinya.
"Banyak bank berjuang dengan sikap positif palsu yang tinggi. Itulah mengapa Anda melihat bahwa terkadang trasaksi mencurigakan meningkat peningkat lebih dari 100 hari setelah transaksi mencurigakan di laporkan, "kata Cliff Lam, direktur di AlixPartners di Hong Kong.