Rupiah Menguat Meski Diterpa Aksi Demonstrasi UU Cipta Kerja
Nilai tukar rupiah pada perdagangan di pasar spot pagi ini, Jumat (9/10), dibuka menguat 0,23% ke level Rp 14.680 per dolar AS pagi ini didorong oleh sentimen positif global. Namun, penguatan rupiah berpotensi tertahan akibat pasar masih mewaspadai demonstrasi UU Cipta Kerja.
Mengutip data Bloomberg hingga pukul 09.45 WIB, kurs rupiah bergerak melemah dari posisi pembukaan ke Rp 14.707 per dolar AS, meski masih menguat dari posisi pentupan kemarin. Mayoritas mata uang Asia menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang turun 0,16%, dolar Singapura 0,11%, dolar Taiwan 0,73%, won Korea Selatan 0,47%, peso Filipina 0,07%, rupee India 0,12%, yuan Tiongkok 1%, ringgit Malaysia 0,06%, dan baht Thailand 0,23%. Hanya dolar Hong Kong yang tak bergerak signifikan.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan sentimen positif dari pembicaraan stimulus fiskal AS masih membayangi pergerakan aset berisiko di pasar keuangan pada pagi hari ini. Dolar AS terlihat melemah dengan sentimen positif ini.
Saat berita ini ditulis, indeks mata uang Negeri Paman Sam turun 0,13% ke level 93.48. Nilai tukar regional pun terlihat menguat terhadap dolar AS. "Stimulus AS diekspektasikan bisa membantu pemulihan ekonomi AS di tengah pandemi," ujar Tjendra kepada Katadata.co.id, Jumat (9/10).
Sentimen positif datang dari pernyataan Presiden AS Donald Trump soal paket stimulus di tengah pandemi Covid-19. Melalui Twitternya, Trump mengatakan siap memberi stimulus untuk industri penerbangan dan beberapa paket stimulus lainnya. Padahal, sebelumnya tersiar kabar penundaan negosiasi paket stimulus jilid II AS hingga sesudah pemilu oleh orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu.
Tjendra memperkirakan rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS dengan isu eksternal ini. Kendati demikian, pasar masih mewaspadai demonstrasi dalam negeri yang berpotensi kembali ricuh. "Ini bisa menahan penguatan nilai tukar rupiah," kata dia.
Ia memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di antara Rp 14.650-14.800 per dolar AS.
Ekonom Permata Bank Josua Pardede juga memperkirakan penguatan rupiah oleh sentimen positif eksternal akan tertahan akibat aksi protes terhadap UU Cipta Kerja di berbagai daerah. "Protes ini memupus potensi penguatan yang dapat terjadi akibat meluasnya sentimen risk-taking di pasar Asia," kata Josua kepada Katadata.co.id.
Dolar AS diperdagangkan melemah terbatas di tengah pembicaraan stimulus antara Partai Demokrat dan Republik. Secara umum, Josua menilai optimisme pasar keuangan disebabkan adanya kompromi antara kedua belah pihak terkait stimulus.
Partai Republik bersediamelakukan pembahasan stimulus lebih lanjut, sementara Partai Demokrat menyatakan terbuka untuk menegosiasikan kebijakan stimulus yang cakupannya lebih sempit. "Kompromi ini memberikan sinyal pembicaraan terkait stimulus dan mendorong sentimen risk-taking menguat di pasar sehingga mendorong penguatan pasar saham AS," ujarnya.
Sementara itu, salah satu indikator pasar tenaga kerja AS, US Jobless Claims, tercatat menurun tipis menjadi 840 ribu, dari sebelumnya 849 ribu. Pengurangan terbatas ini menandakan progres lambat dari pemulihan di pasar tenaga kerja.
Josua pun memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di antara Rp 14.675-14.800 per dolar AS.