Ada Ruang Penurunan, BI Pilih Tahan Bunga Acuan 4% demi Jaga Rupiah
Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4% demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah potensi tekanan di pasar keuangan. Suku bunga fasilitas simpanan alias deposito facility tetap 3,25% dan bunga pinjaman atau lending facility sebesar 4,75%.
"Dengan berbagai asesmen global dan domestik seperti inflasi dan stabilitas rupiah, rapat dewan gubernur BI pada 12-13 Oktober memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 4%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi video, Kamis (12/10).
Keputusan ini mempertimbangkan perlu menjaga stabilitas rupiah di tengah inflasi yang tetap rendah. BI melihat nilai tukar rupiah saat ini yang diperdagangkan sekitar RP 14.740 per dolar AS masih berada di bawah nilai fundamentalnya.
"BI memperkirakan rupiah berpotensi meningkat seiring nilai fundamental yang undervalue seiring defisit transaksi berjalan dan inflasi yang rendah," kaya
Perry menjelaskan indikator dini perekonomian menunjukkan perbaikan terlihat dari data penjualan eceran yang meningkat pada Agustus. Belanja pemerintah juga meningkat didorong oleh stimulus dukungan untuk sektor UMKM.
"Pemulihan ekonomi domestik diperkirakan akan berlanjut dipengaruhi oleh membaiknya perekonomian global dan meningkatnya realisasi belanja pemerintah," kata Perry.
Perbaikan ekonomi global mendorong kenaikan volume perdagangan dan harga komoditas dunia. Namun, ketidakpastian di pasar keuangan global masih berlanjut dipengaruhi oleh sejumlah faktor geopolitik.
Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam menjelaskan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 4% untuk memberikan kesempatan bagi bank untuk menyesuaikan penurunan suku bunga acuan sebelumnya," ujar Piter kepada Katadata.co.id.
Piter menjelaskan bahwa inflasi memang saat ini rendah dan tidak ada potensi terjadi lonjakan inflasi hingga akhir tahun. Ini artinya ada ruang bagi bank sentral sebenarnya untuk menurunkan suku bunga acuan.
Namun, sambung dia, BI harus juga mempertimbangkan aliran modal masuk dan kondisi nilai tukar. Meskipun dalam seminggu ini rupiah cukup mendapat support dan menguat, potensi pelemahan rupiah masih ada.
"Saya kira bank sentral akan mempertimbangkan potensi tekanan terhadap rupiah apabila penurunan suku bunga acuan terlalu cepat," kata Piter.
Wakil Direktur Institute For Development of Economics and Finance Eko Listiyanto juga menilai BI memiliki ruang untuk menurunkan bunga acuan sebesar 25 basis poin dari 4% menjadi 3,75%. Apalagi, perekonomian membutuhkan dorongan dalam kondisi saat ini.
"Meskipun rupiah sedikit melemah tetapi cadangan devisa cukup kuat sebenarnya," kata Eko kepada Katadata.co.id, Selasa (13/10).
Dengan penurunan tersebut, Eko berharap pemulihan ekonomi pada kuartal IV 2020 akan berlanjut. Apalagi, jika adanya tanda-tanda promp manufacturing index yang membaik.
Bank Indonesia sepanjang tahun ini telah memangkas bunga acuan sebanyak 2%, seperti terlihat dalam databoks di bawah ini. Namun sejak Agustus, BI terus mempertahankan suku bunga acuan di level 4%.