Sulitnya Menolak Resesi Ekonomi dengan Mengandalkan Belanja Pemerintah

Agustiyanti
2 Oktober 2020, 20:30
resesi ekonomi,ekonomi kuartal empat, resesi ekonomi lebih dalam, anggaran pemulihan ekonomi nasional
Manojkumar madhusoodananpillai/123RF
Ilustrasi. Ekonomi Indonesia berpotensi mengalami kontraksi pada kuartal IV 2020.

Ekonomi Indonesia mengalami resesi akibat kontraksi ekonomi yang tajam pada kuartal II dan diperkirakan kembali terjadi pada kuartal III 2020. Harapan ekonomi dapat kembali positif pada tiga bulan terakhir tahun ini menipis seiring kasus baru Covid-19 yang masih tinggi.

Wakil Direktur Eksekutif Indef Eko Listiyanto menilai perekonomian domestik masih sulit keluar dari resesi pada kuartal keempat. Kasus baru Covid-19 yang masih tinggi dan ketidakpastian geopolitik masih akan menekan perekonomian di penghujung tahun. Anggaran pemulihan ekonomi hampir Rp 400 triliun yang akan digelontorkan tak akan cukup mengangkat ekonomi kembali positif. 

"Penggerak ekonomi kita adalah sektor swasta khususnya konsumsi rumah tangga. Konsumsi pada kuartal empat biasanya tumbuh cukup kencang karena Natal dan Tahun Baru. Ini sulit digerakkan dalam kondisi saat ini." ujar Eko kepada Katadata.co.id, Jumat (2/10). 

Aktivitas ekonomi pada tiga bulan sebelum menutup tahun, menurut dia, selama ini juga didorong oleh mobilitas masyarakat yang tinggi. Masyarakat menggunakan libur panjang akhir tahun untuk mudik atau berpelesir.

Hal ini turut mendorong perekonomian di daerah.  "Hal-hal seperti ini tidak akan ada di tahun ini. Umat Nasrani kemungkinan tahun ini merayakan Natal lebih sederhana, aktivitas mudik dan liburan juga akan sepi," katanya. 

Berbagai faktor pengungkit ekonomi tersebut, menurut Eko, sulit digantikan oleh belanja pemerintah. Pemerintah  antara lain akan menggenjot penyerapan  sisa anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional di September hingga Desember. 

Hingga 28 September, realisasi anggaran PEN baru mencapai Rp 304,62 triliun atau 43,8% dari total pagu anggaran sebesar Rp 695,2 triliun. Dengan demikian, masih terdapat sisa anggaran sebesar Rp 390,58 triliun.

"Kalau pun seluruh anggaran dapat terserap. Ini hanya mampu membantu menahan kontraksi agar tak terlalu dalam," katanya. 

Realisasi program PEN yang cukup rendah antara lain terjadi pada program insentif badan usaha seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.

Konsumsi pemerintah sebelumnya menjadi harapan agar ekonomi Indonesia tak terjerumus dalam resesi. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan ekonomi akan negatif 0,5% hingga 2,9% pada kuartal ketiga meski belanja pemerintah tumbuh kencang mencapai 17% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Indonesia resmi memasuki resesi. 

Menurut Sri Mulyani, kontraksi ekonomi berpotensi kembali terjadi pada kuartam empat. Ekonomi domestik membutuhkan dorong dari sektor swasta. "Namun akan kami usahakan bisa mendekati positif atau 0%," ujar dia.

Pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi  tahun ini akan negatif 0,6% hingga 1,7%. Konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang utama ekonomi domestik akan negatif 1% hingga  2,1% , konsumsi pemerintah masih bisa bertumbuh 0,6% hingga 4,8%, PMTB kontraksi 4,4% hingga 5,6%. Lalu, ekspor minus 5,5% hingga 9%, dan impor terkontraksi 11,7% hingga  17,2%.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan belanja pemerintah, termasuk berbagai program PEN akan terus dimaksimalkan untuk mendorong ekonomi kuartal IV. Kontribusi konsumsi pemerintah terhadap produk domestik bruto mencapai 16%.

"Banyak komponen belanja saat ini untuk pemulihan konsumsi karena masyarakat sedang alami kondisi yang berat," kata Febrio dalam sebuah diskusi 'Upaya Pemulihan Ekonomi Kuartal IV' secara vritual, Jumat (2/10).

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...