Sulitnya Menolak Resesi Ekonomi dengan Mengandalkan Belanja Pemerintah
Ekonomi Indonesia mengalami resesi akibat kontraksi ekonomi yang tajam pada kuartal II dan diperkirakan kembali terjadi pada kuartal III 2020. Harapan ekonomi dapat kembali positif pada tiga bulan terakhir tahun ini menipis seiring kasus baru Covid-19 yang masih tinggi.
Wakil Direktur Eksekutif Indef Eko Listiyanto menilai perekonomian domestik masih sulit keluar dari resesi pada kuartal keempat. Kasus baru Covid-19 yang masih tinggi dan ketidakpastian geopolitik masih akan menekan perekonomian di penghujung tahun. Anggaran pemulihan ekonomi hampir Rp 400 triliun yang akan digelontorkan tak akan cukup mengangkat ekonomi kembali positif.
"Penggerak ekonomi kita adalah sektor swasta khususnya konsumsi rumah tangga. Konsumsi pada kuartal empat biasanya tumbuh cukup kencang karena Natal dan Tahun Baru. Ini sulit digerakkan dalam kondisi saat ini." ujar Eko kepada Katadata.co.id, Jumat (2/10).
Aktivitas ekonomi pada tiga bulan sebelum menutup tahun, menurut dia, selama ini juga didorong oleh mobilitas masyarakat yang tinggi. Masyarakat menggunakan libur panjang akhir tahun untuk mudik atau berpelesir.
Hal ini turut mendorong perekonomian di daerah. "Hal-hal seperti ini tidak akan ada di tahun ini. Umat Nasrani kemungkinan tahun ini merayakan Natal lebih sederhana, aktivitas mudik dan liburan juga akan sepi," katanya.
Berbagai faktor pengungkit ekonomi tersebut, menurut Eko, sulit digantikan oleh belanja pemerintah. Pemerintah antara lain akan menggenjot penyerapan sisa anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional di September hingga Desember.
Hingga 28 September, realisasi anggaran PEN baru mencapai Rp 304,62 triliun atau 43,8% dari total pagu anggaran sebesar Rp 695,2 triliun. Dengan demikian, masih terdapat sisa anggaran sebesar Rp 390,58 triliun.
"Kalau pun seluruh anggaran dapat terserap. Ini hanya mampu membantu menahan kontraksi agar tak terlalu dalam," katanya.
Realisasi program PEN yang cukup rendah antara lain terjadi pada program insentif badan usaha seperti terlihat dalam databoks di bawah ini.
Konsumsi pemerintah sebelumnya menjadi harapan agar ekonomi Indonesia tak terjerumus dalam resesi. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan ekonomi akan negatif 0,5% hingga 2,9% pada kuartal ketiga meski belanja pemerintah tumbuh kencang mencapai 17% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Indonesia resmi memasuki resesi.
Menurut Sri Mulyani, kontraksi ekonomi berpotensi kembali terjadi pada kuartam empat. Ekonomi domestik membutuhkan dorong dari sektor swasta. "Namun akan kami usahakan bisa mendekati positif atau 0%," ujar dia.
Pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini akan negatif 0,6% hingga 1,7%. Konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang utama ekonomi domestik akan negatif 1% hingga 2,1% , konsumsi pemerintah masih bisa bertumbuh 0,6% hingga 4,8%, PMTB kontraksi 4,4% hingga 5,6%. Lalu, ekspor minus 5,5% hingga 9%, dan impor terkontraksi 11,7% hingga 17,2%.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan belanja pemerintah, termasuk berbagai program PEN akan terus dimaksimalkan untuk mendorong ekonomi kuartal IV. Kontribusi konsumsi pemerintah terhadap produk domestik bruto mencapai 16%.
"Banyak komponen belanja saat ini untuk pemulihan konsumsi karena masyarakat sedang alami kondisi yang berat," kata Febrio dalam sebuah diskusi 'Upaya Pemulihan Ekonomi Kuartal IV' secara vritual, Jumat (2/10).
Febrio mencontohkan, program bantuan presiden produktif dan subsidi gaji yang diberikan kepada 50-60% masyarakat termiskin. Hal ini dilakukan untuk mendorong pemulihan ekonomi. Pemerintah akan terus menggenjot belanja PEN sehingga diharapkan terserap secara maksimum.
Hasil survei Bank Dunia mencatat, terdapat perbaikan program PEN terkait jangkauan perlindungan sosial, ketahanan pangan, dan ketenagakerjaan belakangan ini. Namun, isu exclusion error perlindungan sosial dan kekurangan pangan di rumah tangga 40% terbawah di pedesaan luar Jawa pelru diperhatikan.
Selain bantuan sosial, menurut Kepala Ekonom BCA David Sumual, program penempatan dana di perbankan cukup efektif. "Itu bisa dileverage perbankan dan menjadi sumber pertumbuhan kredit," kata David.
Kredit masih mampu tumbuh di tengah kontraksi ekonomi. Berdasarkan data OJK, penyaluran kredit hingga Agustus tumbuh 1,04%. Namun, kredit modal kerja terpukul paling dalam dengan penurunan mencapai 22%.
Kendati demikian,David menilai perbankan tetap harus berhati-hati menyalurkan dana pemerintah di tengah pandemi. Dalam kondisi saat ini, harus dicermati betul sektor mana yang perlu dibantu dan benar membutuhkan. "Pertumbuhan kredit 0-3% sudah cukup bagus, bank juga di sisi lain harus berjaga agar kredit macet tak melonjak," katanya.
Resesi Bisa Lebih Dalam
Berbagai manuver dilakukan pemerintah untuk mengungkit daya beli masyarakat dan perekonomian melalui program PEN. Salah satu yang teranyar adalah memperluas program subsidi bunga pada debitur kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan.
Pemerintah memberikan subsidi bunga KPR kepada debitur untuk rumah tipe 70, sedangkan insentif bunga kendaraan diberikan kepada debitur yang memiliki usaha produktif seperti tukang ojek dan/atau pengusaha informal.
Eko mengatakan sejumlah program bantuan yang diberikan pemerintah melalui program PEN, termasuk subsidi bunga KPR dan kendaraan cukup membantu menahan pelemahan daya beli pada kelompok masyarakat menengah bawah. Namun, kelompok masyarakat bawah hanya mengambil porsi 40% dari konsumsi rumah tangga.
"Masyarakat kelompok menengah atas ini pembeli rasional. Mereka tahu ketidakpastian ekonomi tinggi karena penanganan Covid-19 belum berhasil sehingga menunda pembelian barang-barang yang bisa ditunda," katanya.
Eko memperkirakan ekonomi pada kuartal empat negatif hingga 2,5%. "Kontraksi ekonomi mungkin akan lebih dalam jika pemerintah tidak dapat mengendalikan pandemi dan PSBB tak juga diperlonggar," ujarnya.
Untuk itu, menurut dia, pengendalian kasus Covid-19 menjadi yang paling utama untuk memulihkan perekonomian. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat jumlah kasus aktif Covid-19 terus meningkat selama dua pekan terakhir terlihat dalam databoks di bawah ini. Padahal, pemerintah telah berusaha menurunkan lajunya dengan memprioritaskan penanganan di 10 provinsi.
Presiden Joko Widodo pada bulan lalu terus menekankan pentingnya kedisiplinan menjadi cara paling ampuh untuk mencegah penyebaran Covid-19 sebelum vaksin tersedia. Masyarakat harus disiplin menerapkan gerakan 3M, yakni menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Direktur Eksekutif Core Indonesia Piter Abdullah juga memperkirakan ekonomi masih negatif pada kuartal keempat. Stimulus pemerintah tak akan cukup mendongkrak ekonomi kembali positif. "Stimulus ekonomi sifatnya bantuan. Hanya dapat menahan agar kontraksi ekonomi tak terlalu dalam," ujarnya.
Piter bahkan memperkirakan ekonomi tiga bulan terakhir ini dapat terkontraksi hingga 5% jika PSBB Jakarta tetap ketat sepanjang kuartal empat akibat kasus Covid-19 yang tak juga melandai.
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan