Joe Biden Mulai Bahas Stimulus AS, Rupiah Berpotensi Menguat
Nilai tukar rupiah pada pembukaan pasar spot pagi ini, Selasa (2/2) melemah tipis 0,09% ke level Rp 14.037 per dolar AS. Namun, rupiah berpotensi menguat terbawa sentimen pembahasan tambahan stimulus Covid-19 yang mulai dilakukan Presiden AS Joe Biden.
Mayoritas mata uang Asia menguat terhadap dolar AS pagi ini. Yen Jepang naik 0,08%, dolar Singapura 0,16%, dolar Taiwan 0,02%, peso Filipina 0,03%, yuan Tiongkok 0,08%, dan baht Thailand 0,07%. Hanya won Korea Selatan, rupee India, dan ringgit Malaysia yang melemah masing-masing 0,07%, 0,1%, dan 0,16%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Kepala Riset den Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menyebutkan bahwa harga indeks saham regional terlihat menguat sehingga menyebabkan mata uang regional perkasa. "Langkah Biden memulai pembahasan stimulus bantuan Covid-19 dengan anggota Senat Partai Republik memberikan sentimen positif," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Selasa (2/2).
Selain itu, menurut dia, reposisi fund manager untruk kembali masuk ke aset berisiko pada awal bulan disinyalir mendorong penguatan aset berisiko. Namun, pasar masih mewaspadai tingginya kasus virus corona di Tanah Air sehingga dapat menahan penguatan rupiah. Ia pun memproyeksi rupiah bergerak menguat hari ini pada rentang Rp 13.950-14.080 per dolar AS.
Kementerian Kesehatan mencatat tambahan kasus baru Covid-19 di Indonesia pada Senin (1/2) sebesar 10.994. Total orang yang terinfeksi virus corona di Tanah Air mencapai 1.089.308.
Meskipun penambahan kasus baru kemarin bih kecil dari hari sebelumnya yang mencapai 12.001, tingkat positif atau positive rate di Indonesia masih cukup tinggi mencapai 34,47%. Berdasarkan data KawalCovid19, rata-rata tingkat positif dalam sepekan terakhir mencapai 29,35%. Angka tersebut pun mencapai 6-7 kali lipat dari standar WHO sebesar 5%. Hal itu menunjukkan laju penularan virus corona di Tanah Air tak terkendali.
Analis HFX Berjangka Adhy Phangestu mengatakan, penguatan tipis rupiah terhadap dolar AS turut didorong beragam data dari Jepang dan Tiongkok. Sektor manufaktur Jepang sedikit terkontraksi dari 50,0 pada Desember 2020 menjadi 49,8 pada Januari 2021. Di sisi lain, indeks PMI Caixin Tiongkok berada di level 51,5 pada Januari 2021, menandakan pertumbuhan keseluruhan di sektor ini sebagai angka tetap di atas netral 50.
"Ini berarti belum ada kemajuan yang berarti pada awal tahun ini," ujar Adhy kepada Katadata.co.id.
Kendati belum ada kemajuan yang berarti, optimisme masih besar yang terlihat dari pertumbuhan ekonomi Negeri Panda yang berada di angka positif pada kuartal IV 2020 yang sebesar 6,5%. Mata uang Asia rata-rata menguat tipis terhadap dolar AS hari ini, dengan data yang sepi hingga esok hari.
Adhy menilai, pasar kemungkinan besar akan bersikap wait and see menunggu data upah dan pekerjaan AS pada hari Jumat (5/2). Dengan demikian, mata uang Garuda masih akan flat di antara Rp 14.000-14.115 per dolar AS satu hari ini.
Dampak pandemi Covid-19 masih membayangi perekonomian di berbagai negara, termasuk Indonesia. Inflasi mengalami perlambatan yang signifikan dan banyak yang mengalami deflasi yang menunjukkan sisi permintaan masih sangat lemah, sehingga berpengaruh kepada konsumsi rumah tangga dengan tingkat daya beli yang lemah.