Sektor Pertambangan dan Jasa Masih Menjanjikan di Tengah PPKM Darurat
Hasil survei Bank Indonesia mengindikasikan kegiatan dunia usaha akan melambat pada kuartal ketiga tahun ini di tengah penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM darurat. Namun, sektor pertambangan dan penggalian serta jasa masih berpotensi naik.
Para responden Survei Kegiatan Dunia Usaha memprakirakan kegiatan usaha akan melambat meski masih positif dengan saldo bersih tertimbang atau SBT sebesar 9,77%, lebih rendah dibandingkan kuartal II 2021 18,98%. Kegiatan usaha pada kuartal III-2021 melambat seiring kebijakan pembatasan dalam rangka penanggulangan pandemi Covid-19.
"Bank Indonesia akan terus mencermati dampak penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat yang kemungkinan berimbas terhadap kinerja kegiatan dunia usaha pada triwulan III 2021." kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, Rabu, (14/7).
Sebagian besar sektor usaha melemah pada kuartal III. Sektor industri listrik, gas dan air bersih tumbuh melambat dengan prediksi nilai SBT 0,22%, sektor perdagangan, hotel dan restoran 0,88%, sektor pengangkutan dan komunikasi 0,62% serta keuangan 1,83%. Sedangkan sektor industri pengolahan dan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan terkontraksi dengan SBT masing-masing -1,84% dan -1,93%
Hanya sektor pertambangan dan penggalian, konstruksi, serta sektor jasa yang membaik pada kuartal III. Sektor konstruksi masuk ke fase ekspansif dengan SBT 0,44% setelah minus pada kuartal sebelumnya. Sementara sektor pertambangan dan pengaggalian serta sektor jasa berpotensi naik dengan SBT masing-masing 8,71% dan 0,83% .
Perbaikan pada sektor pertambangan dan penggalian menjadi kunci pertumbuhan kegiatan dunia usaha pada tahun ini. Survei BI juga mencatat kegiatan dunia usaha melesat pada kuartal kedua dengan SBT mencapai 18,98%, naik dibandingkan kuartal sebelumnya 4,5%.
Sektor pertambangan dan penggalian memimpin akselerasi dengan nilai SBT 8,5% pada kuartal II. Pada periode sebelumnya, sektor ini juga memiliki SBT tertinggi dengan nilai 2,93%.
"Responden menyatakan bahwa peningkatan kinerja sektor Pertambangan didorong oleh permintaan domestik dan didukung peningkatan produksi," kata Erwin.
Selain pertambangan, terdapat enam sektor lainnya yang juga mencatatkan pertumbuhan positif. Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh dengan SBT 3,66%, diikuti sektor industri pengolahan sebesar 2,46%. Kedua sektor ini berhasil tumbuh berkat meningkatnya permintaan.
Sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan juga membaik dengan nilai SBT 1,38%. Perbaikan ini dirorong oleh faktor musiman dan keberhasilan panen sepanjang tiga bulan terakhir.
Tiga sektor lainnya yang juga ikut membaik, yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi juga terakselerasi dengan nilai SBT 0,80% dibandingkan SBT periode sebelumnya -0,45%. Sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan naik dari SBT 0,65% menjadi 2,04%, serta sektor jasa dengan nilai SBT 0,08 dari sebelumnya -0,24%. Hanya sektor konstruksi yang masih tertekan dengan nilai SBT -0,22%.
Sejalan dengan meningkatnya sebagian besar sektor usaha, BI mencatat, kapasitas produksi terpakai pada kuartal II juga mencatat peningkatan. Kapasitas produksi terpakai naik dari 73,38% pada kuartal pertama 2021, menjadi 75,33% pada kuartal-II. Meski begitu, kinerja ini masih lebih rendah dari rata-rata triwulan II dalam tiga tahun terakhir sebesar 77,54%.