BI Waspadai Dua Risiko Tapering Off The Fed ke Pasar Keuangan
Bank Sentral Amerika Serikat, ">The Federal Reserve memberikan sinyal kuat, akan mulai menarik stimulus dengan mengurangi pembelian obligasi atau tapering off pada tahun ini. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, ada dua risiko yang akan diwaspadai untuk mengantisipasi dampaknya ke pasar keuangan, yakni waktu implementasi dan besarnya perubahan kebijakan moneter.
"Harus terus kita antisipasi perubahan-perubahan ini dalam menjaga stabilitas nilai tukar, stabilitas pasar SBN dan juga bagaimana memulihkan ekonomi nasional," ujar Perry dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI bersama Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Bappenas dan OJK, Senin (30/8).
Perry mengatakan, tapering off menjadi salah satu risiko global yang berpeluang mempengaruhi pasar keuangan domestik. Riuhnya pasar global akibat wacana percepatan tapering off The Fed turut merembet ke Indonesia yang merupakan salah satu pasar negara berkembang. Namun, Perry dalam konferensi persnya pertengahan bulan ini memastikan bahwa langkah tapering off Fed kali ini tidak akan separah taper tantrum 2013.
"Dampaknya terhadap global maupun negara berkembang, termasuk Indonesia tidak akan sebesar taper tantrum The Fed yang terjadi tahun 2013," kata Perry.
Perry menjelaskan, asumsi tersebut didukung oleh tiga alasan. Pertama, komunikasi yang dilakukan Fed saat ini sudah sangat jelas sehingga mendorong pasar makin memahami pola kerja bank sentral AS tersebut. Kedua, Bank Indonesia mempersiapkan strategi triple intervention. Ketiga, kondisi moneter domestik cukup stabil dan mampu menahan efek tapering jika benar-benar terjadi, ini ditunjukkan salah satunya dengan cadangan devisa yang masih tinggi yakni US$ 137,4 miliar.
Pernyataan Gubernur Fed akhir pekan lalu kembali memperkuat sinyal rencana tapering Fed berupa pengurangan pembelian obligasi pemerintah pada akhir tahun ini. Hingga kini, belum jelas waktu pasti dimulainya tapering off. Namun, beberapa pejabat mendesak agar kebijakan ini mulai diberlakukan Oktober 2021.
Di sisi lain, Powell memberi tanda-tanda kenaikan suku bunga tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Powell terus mengulang pandangannya baik dalam konferensi persnya akhir bulan lalu maupun dalam pidatonya di simposium Jackson Hole akhir pekan lalu, bahwa inflasi mungkin hanya berlangsung sementara. Ini mengindikasikan rencana kenaikan suku bunga mungkin masih akan lama.
Selain risiko tapering off, BI juga melihat perkembangan Covid-19 yang dipicu varian Delta masih akan menjadi risiko bagi pasar keuangan domestik. Apalagi, masih terjadi peningkatan kasus di beberapa negara. "Ini tentu mempengaruhi pola pertumbuhan ekonomi global ke depan tergantung pada kemajuan vaksin dan besarnya stimulus," kata Perry.
Perry menjelaskan, lonjakan varian Delta terjadi di tengah vaksinasi yang tidak merata di berbagai belahan dunia menimbulkan divergensi pertumbuhan ekonomi global. Hal ini turut berdampak pada kinerja ekspor Indonesia.
Sementara itu, Bank Indonesia memperkirakan rata-rata nilai tukar rupiah tahun ini dan tahun depan di kisaran Rp 14.200 - Rp 14.600 per dolar AS. Perry menyebut pihaknya membuka peluang kembali melakukan intervensi pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini sebagaimana yang sudah dilakukan pada awal tahun ketika yield obligasi pemerintah AS atau US Treasury meningkat.