Ekonom DBS menyebut Bank Indonesia berpotensi menurunkan suku bunga hingga 50 basis poin (bps) jika The Fed juga memangkas suku bunganya pada September atau November dan .
Sinyal bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed, untuk memangkas suku bunga semakin kuat usai rilis data inflasi terbaru yakni personal consumption expenditure (PCE).
Bursa Saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street bergerak fluktuatif pada penutupan perdagangan hari Selasa (7/5). Investor menunggu keputusan terbaru yang dikeluarkan The Federal Reserve System.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat 0,29% ke level 16.212 pada perdagangan Kamis (2/5). Para pengamat menilai rupiah berpotensi bergerak menguat terhadap dolar AS.
Harga emas mencetak rekor tertinggi baru pada Kamis (21/3) didorong prospek pemangkasan suku bunga The Fed. Harga berpotensi meningkat lebih jauh di masa mendatang.
Wall Street anjlok pada perdagangan Jumat (16/2) karena data inflasi AS lebih tinggi dari perkiraan pasar. Sehingga The Fed kemungkinan tidak akan turunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga di level 6%. Bank sentral ini mempertimbangkan stabilitas nilai Rupiah dan angka inflasi dalam menjaga tingkat suku bunga.
Rupiah masih dibuka melemah karena investor masih bersikap wait and seet menunggu keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau dikenal dengan The Fed.