BI Ramal Inflasi Menanjak pada Kuartal III, Suku Bunga akan Naik?
Bank Indonesia memperkirakan inflasi mulai menanjak memasuki ketiga tahun ini. Kenaikan inflasi ini yang akan menjadi indikator Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuannya yang hingga kini masih ditahan di level terendah sepanjang sejarah.
"Kami akan tetap mempertahankan suku bunga rendah 3,5% sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi, yang kami perkirakan kemungkinan paling awal di kuartal ketiga atau kemungkinan besar di akhir tahun," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Komisi XI DPR RI dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSk), Kamis (27/1).
Perry mengatakan, inflasi akan naik tahun ini jika dibandingkan tahun lalu yang hanya 1,87%. Kendati demikian, ia memastikan kenaikan inflasi masih tetap pada sasaran target bank sentral 2%-4%.
Menurut Perry, kenaikan inflasi tahun ini akan didorong oleh meningkatnya permintaan domestik seiring pembukaan aktivitas ekonomi. Namun, optimisme bahwa inflasi masih akan tetap terkendali seiring dengan jumlah penawaran agregat masih lebih tinggi dibandingkan kenaikan permintaan agregat.
Beberapa indikator, lain ekspektasi inflasi masih terjaga, begitu juga stabilitas nilai tukar, serta adanya koordinasi antara Tim Pengendali Inflasi (TPI) Pusat dan daerah.
Dalam survei penjualan retail BI edisi Desember, konsumen memperkirakan inflasi akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) bulan Februari dan Mei 2022 masing-masing 129,7 poin dan 140 poin, lebih tinggi dari laporan November sebesar 125,5 dan 134,3 poin. Responden memperkirakan, kenaikan harga di Februari dan Mei mendatang terutama didorong oleh faktor musiman Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) Imlek dan Idul Fitri.
"Secara keseluruhan inflasi di berbagai daerah akan terkendali, beberapa daerah akan mengalami tekanan tetapi hanya bersifat jangka pendek," kata Perry.
Adapun inflasi tahun lalu cenderung masih rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Desember sebesar 0,57% secara bulanan, tertinggi sejak awal tahun 2020. Inflasi secara keseluruhan 2021 sebesar 1,87%, di bawah target bank sentral 2%-4%.
"Karena memang permintaan domestik belum meningkat pada tahun lalu sehingga inflasinya rendah," kata Perry.
Inflasi di Desember terutama masih disumbangkan kenaikan harga bergejolak. inflasi terjadi pada kelompok harga bergejolak yakni 2,32% mtm dan 3,20% yoy. Andil kelompok ini 0,38%. Kenaikan harga di kelompok ini terutama untuk komoditas cabai rawit, minyak goreng, telur ayam ras, daging ayam ras dan cabai merah.
Komponen inti juga mencatatkan inflasi 0,16% mtm dan 1,56% yoy. Andil kategori ini 0,11% terhadap inflasi Desember. Komoditas penyumbang inflasi yaitu kenaikan harga ikan segar dan sabun detergen baik yang bubuk maupun cair.
Komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi 0,45% mtm dan 1,79% yoy. Meski demikian, komponen ini hanya berkontribusi 0,08% terhadap inflasi Desember. Kenaikan harga komponen itu terutama karena kenaikan tarif angkutan udara.