Pertemuan Menkeu G20 di Jakarta, Ini Agenda Utama yang Dibawa RI

Image title
Oleh Abdul Azis Said
17 Februari 2022, 11:08
G20, katadatag20, mata uang digital bank sentral
Dokumentasi Panitia Nasional Presidensi G20 Indonesia
Ilustrasi. Pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 digelar di Jakarta mulai hari ini, secara fisik dan virtual.

Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 memulai pertemuan pertama hari ini, secara fisik dan virtual di Jakarta. Melalui pertemuan tersebut, mereka akan membahas enam isu prioritas, mulai dari sinkronisasi normalisasi kebijakan atau exit strategy,  perpajakan global, hingga mata uang digital bank sentral. 

"Di tengah tantangan yang dihadapi, peran dan kepemimpinan G20 lebih penting dari sebelumnya, seperti memastikan produksi yang cukup dan pendistribusian vaksin Covid-19, serta untuk mengatasi isu-isu lain dalam lingkungan strategis global untuk menggerakkan pemulihan ekonomi global," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam sambutannya pada pembukaan pertemuan 1st Finance Minister and Central Bank Governor Meeting (FMCBG), Kamis (17/2).

Dalam sambutannya itu, Perry kembali mengingatkan pertemuan jalur keuangan akan membahas enam agenda strategis. Pertama, pembicaraan soal normalisasi kebijakan atau exit strategy untuk mendukung pemulihan. 

Normalisasi kebijakan secara bersama bersamaan di banyak negara akan memengaruhi perekonomian global. Kondisi tersebut juga berpotensi menciptakan kondisi keuangan global yang lebih ketat dan dapat menyebabkan arus keluar modal dari pasar negara berkembang.

"Agenda exit strategy ini akan membahas bagaimana G20 dapat menjaga momentum pemulihan global dari limpahan negatif yang berasal dari normalisasi kebijakan yang asinkron dan kecepatan normalisasi kebijakan yang berbeda-beda," kata Perry.

Kedua, mengatasi masalah scaring effect atau efek luka pada ekonomi akibat pandemi Covid-19 untuk menjamin pertumbuhan kuat di masa depan. Pandemi telah menyebabkan persoalan dari sisi pengangguran yang melonjak, investasi yang melah hingga produktivitas yang rendah. Karena itu, pertemuan jalur keuangan G20 akan membahas terkait upaya mengatasi scaring effect dengan mengkalibrasi kebijakan untuk mendorong produktivitas, investasi dan pada saat yang sama realokasi tenaga kerja dan modal.

Ketiga, sistem pembayaran di era digital. Agenda ini mempromosikan pembayaran lintas batas yang lebih murah, cepat, transparan dan mudah diakses. Tahap awal implementasi peta jalan sedang dilakukan sejak diluncurkan pada Presidensi G20 Arab Saudi dua tahun lalu, dan Presidensi G20 Indonesia perlu melanjutkan pembahasannya.

"Isu ketiga ini juga bagaimana G20 bisa memadukan yang lebih kuat terkait kolaborasi untuk lebih memahami implikasi mata uang digital (Central bank digital currency) pada sistem moneter internasional, termasuk pada spillover dan aliran modal," kata Perry.

Keempat, keuangan berkelanjutan. Agenda ini terutama membahas terkait upaya mendorong transisi yang adil dan terjangkau menuju ekonomi rendah karbon. Perubahan iklim menjadi ancaman yang lebih besar daripada pandemi dan ikut dirasakan semua negara. Kendati demikian, Perry mengatakan, masing-masing negara memiliki kapasitas dan kecepatan yang berbeda-beda menangani masalah ini.

Kelima, inklusi keuangan. Melalui agenda ini, pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral akan fokus pada inklusi keuangan digital dan dukungan pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Beberapa upaya yang didorong seperti memastikan berlanjutnya implementasi  Financial Inclusion Action Plan (FIAP) dalam Presidensi G20 tahun 2020, serta mempromosikan penggunakan teknologi digital untuk mendukung ekonomi yang lebih inklusif.

Keenam, Perpajakan global. Melalui isu ini, Presidensi G20 Indonesia akan mendorong pembahasan paket pajak internasional, kepastian pajak, transparansi pajak, pajak dan pembangunan, lingkungan dan pajak, serta pajak dan gender.

Di hadapan perwakilan G20, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan bahwa semua agenda tersebut akan dibahas lebih detail pada pertemuan FMCBG dua hari mendatang. Dia berharap pertemuan tersebut bisa memfasilitasi dibahasanya berbagai isu yang tengah dihadapi dunia saat ini.

"Untuk bisa recover together and recover stronger, kita perlu terus mempromosikan kolaborasi yang kuat dan kooperasi dan dunia ini menjadi tempat terbaik bagi kita untuk tinggal," kata Sri Mulyani dalam acara yang sama dengan perry.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...