IMF Peringatkan Risiko Lonjakan Inflasi di Negara-negara G20

Agustiyanti
17 Februari 2022, 10:56
IMF, G20, katadatag20, inflasi
Dokumentasi Panitia Nasional Presidensi G20 Indonesia
Ilustrasi. IMF akan menghadiri pertemuan pertama menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G20 pada 17-18 Februari 2022.

Dana Moneter Internasional atau IMF memperingatkan lonjakan inflasi yang terjadi di sebagian besar negara kelompok G20 di tengah momentum pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah dapat memicu risiko yang signifikan. Meski demikian, IMF memperkirakan kenaikan harga di sebagian besar negara akan secara bertahap melandai pada tahun ini. 

Mengutip Reuters, IMF menilai data inflasi terus mengejutkan. Lonjakan inflasi terutama terjadi karena kenaikan harga komoditas, gangguan pengiriman barang, berlanjutnya ketidaksesuaian dalam penawaran dan permintaan, dan pergeseran permintaan lebih banyak barang.

Dalam catatan yang disiapkan untuk pertemuan G20 dalam dua hari ini di Jakarta, IMF menilai ekspektasi inflasi jangka panjang secara umum tetap akan terkendali dengan kerangka kebijakan yang kuat. Namun, risiko penurunan pertumbuhan ekonomi global terus membayangi yang ditunjukkan dengan indikator ekonomi. IMF pada bulan lalu telah memangkas pertumbuhan ekonomi global menjadi 4,4%.

Pembatasan mobilitas yang diterapkan di Eropa, Jepang dan Inggris telah melemahkan aktivitas sektor jasa dalam beberapa bulan terakhir, sementara penyebaran virus corona telah merusak sentimen konsumen di Amerika Serikat.

IMF memperkirakan bahwa gangguan pasokan kemungkinan telah mengurangi antara 0,5% hingga 1% dari pertumbuhan produk domestik bruto global pada tahun 2021 dan mengangkat inflasi inti sebesar 1%. Potensi munculnya varian baru dan berbahaya dari virus Covid-19 dapat menyeret turunnya aktivitas ekonomi.

Menurut IMF, ketidaksesuaian penawaran-permintaan juga bisa memakan waktu lebih lama untuk diselesaikan dari yang diharapka. Kondisi ini dapat membebani output dan memicu inflasi upah, yang dalam jangka waktu dapat mendorong pengetatan kebijakan moneter yang lebih awal dari perkiraan di negara-negara maju utama, terutama di Amerika Serikat, negara terbesar di dunia. 

"Ini dapat meredam prospek pertumbuhan global, menyebabkan pengetatan kondisi keuangan secara tiba-tiba, dan mendorong arus keluar modal dari ekonomi pasar berkembang," kata IMF. 

Ekonomi Cina, terbesar kedua di dunia berpotensi lebih lambat dibandingkan prediksi semula jika mengalami masalah lebih lanjut di pasar real estatnya, konsumsi swasta tidak pulih, dan wabah Covid-19 meluas. 

IMF menekankan, bank-bank sentral di ekonomi pasar berkembang harus siap menghadapi guncangan jika inflasi terus meningkat di negara-negara ekonomi utama. Bank-bank sentral negara maju berpotensi menaikkan suku bunga lebih tinggi dari perkiraan. 



Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...